fazar yayan
Rabu, 18 April 2012
Minggu, 30 Oktober 2011
bodan prakoso
Bondan Prakoso adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan dari
Lili Yulianingsih dan Sisco Batara ini mengawali kariernya sebagai
penyanyi cilik di era 80-an hingga awal tahun 90-an. Album perdananya
yang bertitel Si Lumba-Lumba sukses dipasaran dan mencuatkan namanya.
Ditahun 1999, Bondan membentuk band Funky Kopral , sebagai bassist, hingga merilis 3 buah album. Bahkan album kedua band ini diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2001 untuk kategori Group Alternatif Terbaik. Ditahun 2003, Funky Kopral merilis album ketiga mereka dengan kolaborasi bersama Setiawan Djodi dengan hits singel Tokek dan lagi-lagi diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2003 untuk kategori Kolaborasi Rock Terbaik.
Sayang, setelah album ketiga mereka dirilis, band ini bubar. Hingga ditahun 2005 ia memebentuk band baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan genre musik Pop Rock yang dipadu dengan Rap. Dengan band barunya ini, Bondan diganjar penghargaan serupa, yakni AMI Sharp Awards ditahun 2008 untuk kategori Group Rap Terbaik.
Sebelumnya, ditahun 2006 Bondan bersama 12 orang pemain bass dari berbagai band di Indonesia seperti Thomas "GIGI", Rindra "Padi", Bongky "BIP", Adam Sheila on 7 dan bassis Indonesia lainnya diganjar penghargaan oleh MURI untuk penghargaan Penampilan Bassis terbanyak dalam satu panggung.
2.Bunga
3.Feel's Like Home
4.Hidup Berawal Dari Mimpi
5.Siapa
6.Realistic
7.It's All About Soul(Bersama Rio Saharja)
8.Stay On The Line
9.Jazzy Tringual(Besama Rio Saharja)
10.1234
11.Cahya Cinta Sejati
2.Xpresikan
3.Kau Puisi
4.Gusti Dewata Mulia Raya
5.Rock On The Beat
6.R.I.P(Rhyme In Peace)
7.Unity
8.Waktu
9.U'll Sorry
10.Rezpector
11.Last But Not Least
12.Wrong Way
13.Microphone XXX
2. Good Time
3. Tetap Semangat
4. Sang Juara
5. Bumi ke Langit
6. Not With Me
7. S.O.S
8. For All
9. Terinjak Terhempas
10. Kita Selamanya
11. Tidurlah
Ditahun 1999, Bondan membentuk band Funky Kopral , sebagai bassist, hingga merilis 3 buah album. Bahkan album kedua band ini diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2001 untuk kategori Group Alternatif Terbaik. Ditahun 2003, Funky Kopral merilis album ketiga mereka dengan kolaborasi bersama Setiawan Djodi dengan hits singel Tokek dan lagi-lagi diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2003 untuk kategori Kolaborasi Rock Terbaik.
Sayang, setelah album ketiga mereka dirilis, band ini bubar. Hingga ditahun 2005 ia memebentuk band baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan genre musik Pop Rock yang dipadu dengan Rap. Dengan band barunya ini, Bondan diganjar penghargaan serupa, yakni AMI Sharp Awards ditahun 2008 untuk kategori Group Rap Terbaik.
Sebelumnya, ditahun 2006 Bondan bersama 12 orang pemain bass dari berbagai band di Indonesia seperti Thomas "GIGI", Rindra "Padi", Bongky "BIP", Adam Sheila on 7 dan bassis Indonesia lainnya diganjar penghargaan oleh MURI untuk penghargaan Penampilan Bassis terbanyak dalam satu panggung.
[sunting] Kehidupan pribadi
Pada tanggal 17 Desember 2007, Bondan menikahi kekasihnya yang bernama Margareth atau yang akrab disapa Margie yang bertempat di Restoran Cibintung, Ciputat, Tangerang, dengan mas kawin berupa seperangkat alat salat dan 17 gram emas. Dan dikaruniai seorang putri yang bernama Kara Anabelle Prakoso.[sunting] Kasus
Tanggal 1 Mei 2011 Bondan dipolisikan atas penghinaan.[1][sunting] Diskografi
- Solo
- 8 buah album anak-anak (1988-1995)
- Phsycadelic Sub Rythim (Bass Heroes)
- Funky Kopral
- Funchopat (1999)
- Funkadelic Rhythm And Distortion (2000)
- Misteri Cinta (kolaborasi dengan Setiawan Djodi;dirilis 2003)
2.Bunga
3.Feel's Like Home
4.Hidup Berawal Dari Mimpi
5.Siapa
6.Realistic
7.It's All About Soul(Bersama Rio Saharja)
8.Stay On The Line
9.Jazzy Tringual(Besama Rio Saharja)
10.1234
11.Cahya Cinta Sejati
-
- Unity (2007)
2.Xpresikan
3.Kau Puisi
4.Gusti Dewata Mulia Raya
5.Rock On The Beat
6.R.I.P(Rhyme In Peace)
7.Unity
8.Waktu
9.U'll Sorry
10.Rezpector
11.Last But Not Least
12.Wrong Way
13.Microphone XXX
-
- For All (2010)
2. Good Time
3. Tetap Semangat
4. Sang Juara
5. Bumi ke Langit
6. Not With Me
7. S.O.S
8. For All
9. Terinjak Terhempas
10. Kita Selamanya
11. Tidurlah
[sunting] Pranala luar
http://kdlrezpectorunity.blogspot.com[sunting] Referensi
Artikel bertopik biografi pemusik ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |
iwan fals
Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 50 tahun) adalah seorang Penyanyi beraliran balada dan Country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.
Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.[rujukan?]
Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.
Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.
Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.[rujukan?]
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.[rujukan?] Beberapa konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror.[rujukan?] Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.[rujukan?]
Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personil SWAMI.
Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.[rujukan?]
Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trademark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1982).
Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anisa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang didalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.
Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis.[rujukan?] Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.
Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Raya Rambu Rabbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.[rujukan?]
Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.
Banyak lagu Iwan Fals yang tidak dijual secara bebas. Lagu-lagu tersebut menjadi koleksi ekslusif para penggemarnya dan kebanyakan direkam secara live. Beberapa lagu Iwan Fals yang tidak dikomersialkan seperti lagu 'Pulanglah' yang didedikasikan khusus untuk almarhum Munir ternyata sangat digemari yang akhirnya direkam ulang dan dimasukkan ke dalam album "50:50" yang beredar di tahun 2007.
Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.[rujukan?]
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Biografi
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kdi Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.
Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.
Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.[rujukan?]
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.[rujukan?] Beberapa konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror.[rujukan?] Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.[rujukan?]
Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personil SWAMI.
Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.[rujukan?]
[sunting] Keluarga
Iwan lahir dari Lies (ibu) dan mempunyai ayah Haryoso almarhum (kolonel Anumerta). Iwan menikahi Rosana (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Bassae, dan Raya Rambu Rabbani.Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trademark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1982).
Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anisa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang didalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.
Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis.[rujukan?] Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.
Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Raya Rambu Rabbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.[rujukan?]
Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.
[sunting] Pendidikan
- SMPN 5 Bandung
- SMAK BPK Bandung
- STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP)
- Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
[sunting] Diskografi
Tidak seluruh album yang dikeluarkan Iwan Fals berisi lagu baru. Pada tahun-tahun terakhir, Iwan Fals sering mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen ulang. Pada tahun-tahun terakhir ini pula Iwan Fals lebih banyak memilih berkolaborasi dengan musisi muda berbakat.Banyak lagu Iwan Fals yang tidak dijual secara bebas. Lagu-lagu tersebut menjadi koleksi ekslusif para penggemarnya dan kebanyakan direkam secara live. Beberapa lagu Iwan Fals yang tidak dikomersialkan seperti lagu 'Pulanglah' yang didedikasikan khusus untuk almarhum Munir ternyata sangat digemari yang akhirnya direkam ulang dan dimasukkan ke dalam album "50:50" yang beredar di tahun 2007.
[sunting] Album
- Canda Dalam Nada (1979)
- Canda Dalam Ronda (1979)
- Perjalanan (1979)
- 3 Bulan (1980)
- Sarjana Muda (1981)
- Opini (1982)
- Sumbang (1983)
- Barang Antik (1984)
- Sugali (1984)
- KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985)
- Sore Tugu Pancoran (1985)
- Aku Sayang Kamu (1986)
- Ethiopia (1986)
- Lancar (1987)
- Wakil Rakyat (1988)
- 1910 (1988)
- Mata Dewa (1989)
- Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1989)
- Swami I (1989)
- Kantata Takwa (1990)
- Cikal (1991)
- Swami II (1991)
- Belum Ada Judul (1992)
- Hijau (1992)
- Dalbo (1993)
- Anak Wayang (1994)
- Orang Gila (1994)
- Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996)
- Kantata Samsara (1998)
- Best Of The Best (2000)
- Suara Hati (2002)
- In Collaboration with (2003)
- Manusia Setengah Dewa (2004)
- Iwan Fals in Love (2005)
- 50:50 (2007)
- Untukmu Terkasih (2009) - mini album
- Keseimbangan - Iwan Fals (2010)
[sunting] Singel
- Serenade (bersama Ritta Rubby) (1984)
- Kemesraan (bersama artis Musica) (1988)
- Percayalah Kasih (bersama Jockie Surjoprajogo dan Vina Panduwinata)
- Terminal (bersama Franky S.) (1994)
- Mata Hati (bersama Ian Antono) (1995)
- Orang Pinggiran (bersama Franky S.) (1995)
- Katakan Kita Rasakan (bersama artis Musica)
- Di Bawah Tiang Bendera (bersama artis Musica) (1996)
- Haruskah Pergi (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
- Selancar (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
- Tanam Tanam Siram Siram (Kampanye Indonesia Menanam) (2006)
- Marilah Kemari (Tribute to Titiek Puspa) (2006)
- Aku Milikmu (Original Soundtrack Lovers / Kekasih) (2008)
[sunting] Single Hits yang dibawakan penyanyi lain
- Maaf (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
- Belailah (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
- Trauma (dibawakan oleh God Bless) (1988)
- Damai Yang Hilang (dibawakan oleh God Bless) (1988)
- Orang Dalam Kaca (dibawakan oleh God Bless) (1988)
- Pak Tua (dibawakan oleh grup band Elpamas) (1991)
- Oh (dibawakan oleh Fajar Budiman) (1994)
- Nyanyian laut ( dibawakan Nicky Astria )
- Menangis (dibawakan oleh Franky S.)
- Bunga Kehidupan (dibawakan oleh artis Musica)
[sunting] Album kompilasi
- Tragedi
- Banjo & Harmonika
- Celoteh-celoteh
- Celoteh-celoteh 2
- Country
- Tembang Cinta (1990)
- Akustik
- Akustik Ke-2 (1997)
- Salam Reformasi (1998)
- Salam Reformasi 2 (1999)
- Prihatin (2000)
[sunting] Film
- Damai Kami Sepanjang Hari (1985)
- Kantata Takwa (film) (1990)
- Kekasih (2008) - cameo
[sunting] Lagu yang tidak beredar
- Demokrasi Nasi (1978)
- Semar Mendem (1978)
- Pola Sederhana (Anak Cendana) (1978)
- Mbak Tini (1978)
- Siti Sang Bidadari (1978)
- Kisah Sapi Malam (1978)
- Mince Makelar (1978)
- Luka Lama (1984)
- Anissa (1986)
- Biarkan Indonesia Tanpa Koran (1986)
- Oh Indonesia (1992)
- Imelda Mardun (1992)
- Maumere (1993)
- Joned (1993)
- Mesin Mesin Pembunuh (1994)
- Suara Dari Jalanan (1996)
- Demokrasi Otoriter (1996)
- Pemandangan (1996)
- Jambore Wisata (1996)
- Aku Tak Punya Apa-Apa (1997)
- Cerita Lama Tiananmen (1998)
- Serdadu dan Kutil (1998)
- 15 Juta (1998)
- Mencari Kata Kata (1998)
- Malam Sunyi (1999)
- Sketsa Setan Yang Bisu (2000)
- Indonesiaku (2001)
- Kemarau (2003)
- Lagu Sedih (2003)
- Kembali Ke Masa Lalu (2003)
- Harapan Tak Boleh Mati (2004)
- Saat Minggu Masih Pagi (2004)
- Repot Nasi / Sami Mawon (2005)
- Hari Raya Bumi (2007)
- Hari Raya Bumi (2007)
- Berita Cuaca (2008)
- Paman Zam
- Kapal Bau Pesing
- Makna Hidup Ini
- Selamat Tinggal Ramadhan
- Nyatakan Saja
- Berputar Putar
- Air dan Batu
- Lagu Pegangan
- Semut Api dan Cacing Kecil
- Kata-Kata
- Pukul Dua Malam
- Penjara
- Belatung
- Nyanyian Sopir
- Bunga Kayu di Beranda
- Aku Bergelora
- Suara Dari Jalanan
[sunting] Penghargaan
- Juara harapan Lomba Musik Humor (1979).
- Juara I Festival Musik Country (1980).
- Gold record, lagu Oemar Bakri, PT. Musica Studio's.
- Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT. Musica Studio's.
- Penghargaan prestasi artis HDX 1987 - 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.
- Penyanyi Pujaan, BASF, (1989).
- The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 - 1989.
- Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.
- Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia - 1999.
- Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange Between Korea and Indonesia, 25 September 1999.
- Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).
- Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII - 2000/2001.
- Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT. Musica Studio's - Juni 2002.
- 6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.
- 6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.
- Pemenang video klip terbaik edisi - Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I- 2002/2003.
- Penghargaan album In Collaboration with, angka penjualan diatas 150.000 unit, PT. Musica Studio's - Juni 2003.
- Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan diatas 450.000 unit, PT. Musica Studio's - November 2003.
- 7th AMI Award 2003, Legend Awards.
- 7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik.
- Penghargaan MTV Indonesia 2003, Most Favourite Male.
- SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with.
- SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.
- Anugrah Planet Muzik 2004.
- Generasi Biang Extra Joss - 2004.
- 8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.
- SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love.
- With The Compliment Of Metro TV.
- Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT. Gudang Garam Indonesia.
- Mendapatkan Talk Less Do More Award sebagai salah satu Class Music Heroes 2009.
- Lagunya bersama {Swami} yang berjudul [Bongkar] menerima penghargaan 150 lagu terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stone peringkat 1.
- Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia (2010) [1]
[sunting] Pranala luar
- (Indonesia) ( Official Site ) - Iwan Fals
- (Indonesia) ( Unofficial Site ) - Iwan Fals Online
- (Indonesia) ( Unofficial Site ) - Iwan Fals Mania
- (Indonesia) Lirik Lagu dan Gitar Kord-nya
- (Inggris) Time Asia: Asian Heroes - Iwan Fals
- (Indonesia) Iwan Fals The Rolling Stone Interview
- (Indonesia) Dewa dari Leuwinanggung
- (Indonesia) Profil di situs KapanLagi.com.
- (Indonesia) Blog Jockie Suryoprayogo - Kantata Takwa
[sunting] Referensi
- ^ ":: Menbudpar Sematkan Satyalencana Kebudayaan 2010 ::". Diakses pada 3 April 2011.
[sembunyikan] Iwan Fals | |
---|---|
Album studio |
Canda Dalam Nada • Canda Dalam Ronda • Perjalanan • 3 Bulan • Sarjana Muda • Opini • Sumbang • Barang Antik • Sugali • KPJ • Sore Tugu Pancoran • Aku Sayang Kamu! • Ethiopia • Lancar • Wakil Rakyat • 1910 • Mata Dewa • Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu • Cikal • Belum Ada Judul • Hijau • Dalbo • Anak Wayang • Orang Gila • Suara Hati • In Collaboration with • Manusia Setengah Dewa • Iwan Fals in Love • 50:50 • Untukmu Terkasih
|
Bersama Swami | |
Bersama Kantata Takwa | |
Album Kompilasi | |
Singel | |
Filmografi |
Rabu, 26 Oktober 2011
iwan fals
Mungkin anda juga mengenal sesosok musisi ternama , dialah Iwan Fals
seorang musisi jalanan yang dulu dijaman seorang pemimpin diktator
Soeharto, yang selalu berjuang dengan lirik-lirik lagunya menceritakan
tentang kehidupan sosial membela kaum susah, membela keadilan yang tak
merata, mengkritik kaum kaya, mengkritik pejabat,mengkritik para
koruptor.
Diantaranya lagu yang berjudul tikus-tikus kantor,coretan dinding,ujung aspal pondok gede,galang rambu anarki,sore tugu pancoran, sarjana muda, surat buat wakil rakyat, bongkar, bento dan masih banyak lagi lagu-lagunya yang bertemakan sosial yang sampai saat ini masih dikenang dan banyak diminati oleh ribuan penggemarnya diseluruh Indonesia , bahkan lagunya yang berjudul Bento masuk dalam kategori lagu yang dikenang sepanjang masa di Asia versi majalah Time.
Diantaranya lagu yang berjudul tikus-tikus kantor,coretan dinding,ujung aspal pondok gede,galang rambu anarki,sore tugu pancoran, sarjana muda, surat buat wakil rakyat, bongkar, bento dan masih banyak lagi lagu-lagunya yang bertemakan sosial yang sampai saat ini masih dikenang dan banyak diminati oleh ribuan penggemarnya diseluruh Indonesia , bahkan lagunya yang berjudul Bento masuk dalam kategori lagu yang dikenang sepanjang masa di Asia versi majalah Time.
Pria kelahiran Jakarta,03 September 1961 yang bernama aslinya Virgiawan
Listanto adalah anak dari keluarga purnawirawan tentara, selain bermusik
beliau juga memiliki hobi beladiri yaitu karate dan yudo. Semasa
mudanya ia begitu garang dalam melantunkan lagu-lagunya dengan
lirik-liriknya yang pedas dan tajam,sehingga banyak pejabat ataupun
koruptor yang gerah, namun diantara banyak lagu lamanya yang telah
beredar Iwan Fals juga memiliki lagu-lagu yang bertemakan cinta seperti lagu yang berjudul "nyanyianmu,kemesraan,aku sayang kamu dll.
Suami dari istrinya yang bernama Rosanna atau yang akrab disapa Yos
dianugrahi 3 orang anak yaitu Galang Rambu Anarki, Annisa Cikal Rambu
Basae, dan Raya Rambu Rabbani, terlihat begitu banyak berubah sejak
wafat nya anak pertama mereka yaitu Galang Rambu Anarki drastis membuat Iwan Fals sepertinya merasa sangat kehilangan sekali akan putra kesayangannya tersebut, dimana Iwan Fals
pada saat itu jarang tampil di dunia musik, namun setelah kelahiran
anaknya pada tahun 2003 yang bernama Raya Rambu Rabbani ia kini kembali
bersemangat untuk turun gunung dengan ditandai lagu-lagu barunya yang
kini banyak beredar menghiasi dunia permusikan Indonesia namun
kebanyakan lagu-lagu baru Iwan kini bertemakan cinta, entah mengapa saya
juga tidak tahu he..he..he..walaupun ada juga yang masih bertemakan
sosial. Saya sebagai penggemar dari Iwan Fals
sebetulnya mengharapkan Bang Iwan kembali ke laptop ( meminjam istilah
tukul) dalam menciptakan tema lagunya, kembali kritis melihat keadaan
yang terjadi dimasyarakat. Yach semoga saja...
Semoga informasi ini bermanfaat
Jumat, 21 Oktober 2011
cerita sambas
cerita sambas
cerita rakyat sambas
Selasa, 28 Juli 2009
Kisah TanNunggal serta Bujang Nadi Dare Nandung
Pada zaman dahulu ketika keturunan Sultan sedang pergi berburu ke hutan, ketika sedang asik berburu tetapi bukan buruan yang didapatkan, tiba-tiba rombongan dikejutkan dengan tangisan suara bayi. Semua rombongan berpikir” di hutan belantara seperti ini dari mana asal suara tangisan bayi tersebut” ujar keturunan Sultan tersebut. Keturunan Sultan tersebut langsung memberikan perintah kepada seluruh prajurit yang ikut berburu untuk mencari dari mana suara bayi berasal. Setelah sekian lama mencari ternyata suara bayi tersebut berasal dari rumpun bambu, prajurit langsung diperintah untuk menebang pohon bambu tersebut, tanpa di duga dan di sangka semua rombongan di kejutkan dengan kehadiran seorang bayi yang berasal dari balik rumpun bambu. Tanpa pikir panjang, di dampingi dengan perasaan panik keturunan Sultan yang memimpin kegiatan berburu langsung memberikan perintah kepada seluruh anak buahnya untuk membawa bayi yang ditemukan di dalam bambu tersebut di bawa ke Istana untuk di temukan dengan Sultan Sambas. Secara kebetulan Sultan Sambas juga belum mempunyai anak, jadi bayi yang di temukan di hutan tadi langsung di angkat oleh Suultan Sambas untuk menjadi anaknya dan di beri nama TanNunggal. Mengapa bayi yang di temukan di dalam rumpun bambu tersebut diberi nama TanNunggal?????
Pada zaman dahulu setiap keturunan Sultan pasti di panggil dengan sebutan “Tan”, kebetulan bayi yang di temukan di dalam rumpun bambu tersebut memiliki gigi yang aneh kalau di bandingkan dengan manusia biasa atau manusia normal.
Dari rahang kiri sampai rahang kanan gigi bayi tersebut menyatu seolah-olah hanya memiliki satu gigi atau sering di sebut dengan gigi tunggal, padahal kalau manusia biasa giginya tidak mungkin menyatu atau terdiri dari beberapa buah gigi, sehingga bayi tersebut di beri nam TanNunggal.
TanNunggal dibesarkan di lingkungan istana Sambas layaknya seperti anak sendiri, sehingga TanNunggal menjadi tumbuh dewasa dengan gagah berani dan dipercaya akan menggantikan posisi bapaknya (sultan Sambas) memimpin kerajaan Sambas. Pada saat TanNunggal memerintah kerajaan Sambas dia menyunting rakyat biasa menjadi istrinya dan dikaruniai dua orang anak, yaitu laki-laki dan perempuan, yang laki-laki diberi nama Nadi dan yang perempuan diberi nama Nandong. Dalam kebiasaan masyarakat Sambas biasanya anak laki-laki sering dipanggil dengan sebutan Bujang dan yang perempuan dipanggil dengan sebutan Dare, maka jelaslah anak tersebut dipanggil dengan Bujang Nadi dan Dare Nandong. Pada saat TanNunggal berkuasa di Sambas, raja TanNunggal terkenal dengan raja yang kejam karena sifatnya yang sombong dengan rakyat. Dia memimpin dengan sewenang-wenang, apa yang ia katakan dan semua keinginannya harus dilaksanakan walaupun hal tersebut dibenci oleh rakyat Sambas, banyak hal yang terjadi sehingga TanNunggal dikatakan raja yang kejam dan zalim. Pernah pada suatu saat rakyat Sambas digemparkan dengan kejadian yang sangat mengejutkan sampai-sampai TanNunggal dikatakan manusia setengah siluman. Pada saat ia memimpin TanNuanggal paling senang makan sambal asam, pada hari itu tukang masak kerajaan atau tukang buat sambal asam terlambat membuat sambal asam, sedangkan jam makan siang TanNunggal sudah sebentar lagi, jadi si tukang masak tergesa-gesa untuk membuat sambal asam untuk TanNunggal sedangkan dia sudah tahu bahwa TanNunggal tidak mau memakan tanpa sambal asam bahkan TanNunggal bisa marah, begitu takut dimarah TanNunggal si tukang masak tergesa-gesa untuk membuat sambal asam sampai-sampai jari kelingkingnya teriris lalu darahnya menetes ke dalam sambal asam yang dibuat tadi, karena waktu yang sudah sangat singkat lalu si tukang masak itu langsung mengaduk darah yang menetes tadi ke dalam sambal asam yang ia buat karena ia berpikir tidak sempat lagi membuat sambal asam yang baru. Sambal asam tersebut langsung disajikan di meja makan TanNunggal, begitu memakan sambal tersebut TanNunggal sangat kenyamanan dia berpikir “Mengapa ya sambal asam pada hari ini sangat enak berbeda dengan hari biasanya”. Lalu TanNunggal bertanya kepada si tukang masak. Si tukang masak pun tidak berani untuk berbohong, ia menceritakan bahwa sambal asam itu sudah bercampur dengan darahnya sendiri. Semenjak kejadian itu TanNunggal memerintahkan kepada tukang masak setiap kali membuat sambal asam harus dicampur dengan darah manusia.
Kembali ke cerita Bujang Nadi dan Dare Nandong, pada masa hidupnya Bujang Nadi sangat suka memelihara ayam jago dan Dare Nandong paling suka untuk menenun kain sampai-sampai dia pernah mendapatkan hadiah berupa mesin tenun yang berlapis emas, tiap hari Bujang Nadi dan Dare Nandong hanya diperbolehkan bermain berdua saja melainkan hanya berteman dengan ayam jago dan alat tenun milik Dare Nandong karena TanNunggal sangat membenci mereka jika dia berteman dengan rakyat biasa.
Pada suatu kejadian, ketika Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik barmain di taman istana tanpa sadar mereka di intip oleh seorang pengawal istana, tepat pada saat itu Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik bercerita tentang perkawinan.
Bujang Nadi : dik, jika kamu ingin mencari pasangan hidup. Pasangan hidup seperti apa yang kamu idamkan?
Dare Nandong : adik sangat mengharapakan, nanti calon suami adik mirip dangan abang, baik itu dari segi gantengnya, gagahnya, dan sikapnya harus seperti abang. Sedangkan abang, istri seperti apa yang abang inginkan?
Bujang Nadi : abang juga berkehendak demikian, abang sangat mengharapkan istri abang nantinya seperti adik cantiknya dan tentunya hati istri abang juga seperti adik lembutnya.
Mendengar percakapan kakak adik tersebut pengawal kerajaan yang sedang mengintip tadi salah artikan, dia berpikir kakak adik tersebut ingin melakukan perkawinan sejarah, tanpa berpikir panjang sang pengawal kerajaan itu langsung melaporkan kejadian tersebut kepada TanNunggal. Raja TanNunggal sangat terkejut, dia sangat malu dengan kejadian itu, sebelum anaknya berbuat hal yang dapat merusak citra atau nama baik kerajaan Sambas bahkan dapat memberikan aib bagi kerajaan, padahal apa yang iya dengar semuanya salah belaka. TanNunggal langsung memerintahkan kepada prajuritnya untuk mengubur kedua anaknya yaitu Bujang Nadi dan Dare Nandong beserta dengan ayam jago milik Bujang Nadi dan mesin tenun milik Dare Nandong. Kemudaian kedua kakak adik tersebut di kubur hidup-hidup di daerah Sebedang Kecamatan Tebas tentunya masih di Kabupaten Sambas. Konon katanya masyarakat setempat sampai pada saat ini masih percaya bahwa kuburan tersebut sangat angker karena setiap malam jumat sering mendengar kokokan suara ayam jantan yang berasal dari kuburan Bujang Nadi dan Dare Nandong yang di kubur dalam satu makam, bahkan kadang-kadang terdengar suara orang sedang menenun kain yang juga berasal dari kuburan tersebut yang di duga milik Dare Nandong.
Pencerita : M. Alwi
Pada zaman dahulu setiap keturunan Sultan pasti di panggil dengan sebutan “Tan”, kebetulan bayi yang di temukan di dalam rumpun bambu tersebut memiliki gigi yang aneh kalau di bandingkan dengan manusia biasa atau manusia normal.
Dari rahang kiri sampai rahang kanan gigi bayi tersebut menyatu seolah-olah hanya memiliki satu gigi atau sering di sebut dengan gigi tunggal, padahal kalau manusia biasa giginya tidak mungkin menyatu atau terdiri dari beberapa buah gigi, sehingga bayi tersebut di beri nam TanNunggal.
TanNunggal dibesarkan di lingkungan istana Sambas layaknya seperti anak sendiri, sehingga TanNunggal menjadi tumbuh dewasa dengan gagah berani dan dipercaya akan menggantikan posisi bapaknya (sultan Sambas) memimpin kerajaan Sambas. Pada saat TanNunggal memerintah kerajaan Sambas dia menyunting rakyat biasa menjadi istrinya dan dikaruniai dua orang anak, yaitu laki-laki dan perempuan, yang laki-laki diberi nama Nadi dan yang perempuan diberi nama Nandong. Dalam kebiasaan masyarakat Sambas biasanya anak laki-laki sering dipanggil dengan sebutan Bujang dan yang perempuan dipanggil dengan sebutan Dare, maka jelaslah anak tersebut dipanggil dengan Bujang Nadi dan Dare Nandong. Pada saat TanNunggal berkuasa di Sambas, raja TanNunggal terkenal dengan raja yang kejam karena sifatnya yang sombong dengan rakyat. Dia memimpin dengan sewenang-wenang, apa yang ia katakan dan semua keinginannya harus dilaksanakan walaupun hal tersebut dibenci oleh rakyat Sambas, banyak hal yang terjadi sehingga TanNunggal dikatakan raja yang kejam dan zalim. Pernah pada suatu saat rakyat Sambas digemparkan dengan kejadian yang sangat mengejutkan sampai-sampai TanNunggal dikatakan manusia setengah siluman. Pada saat ia memimpin TanNuanggal paling senang makan sambal asam, pada hari itu tukang masak kerajaan atau tukang buat sambal asam terlambat membuat sambal asam, sedangkan jam makan siang TanNunggal sudah sebentar lagi, jadi si tukang masak tergesa-gesa untuk membuat sambal asam untuk TanNunggal sedangkan dia sudah tahu bahwa TanNunggal tidak mau memakan tanpa sambal asam bahkan TanNunggal bisa marah, begitu takut dimarah TanNunggal si tukang masak tergesa-gesa untuk membuat sambal asam sampai-sampai jari kelingkingnya teriris lalu darahnya menetes ke dalam sambal asam yang dibuat tadi, karena waktu yang sudah sangat singkat lalu si tukang masak itu langsung mengaduk darah yang menetes tadi ke dalam sambal asam yang ia buat karena ia berpikir tidak sempat lagi membuat sambal asam yang baru. Sambal asam tersebut langsung disajikan di meja makan TanNunggal, begitu memakan sambal tersebut TanNunggal sangat kenyamanan dia berpikir “Mengapa ya sambal asam pada hari ini sangat enak berbeda dengan hari biasanya”. Lalu TanNunggal bertanya kepada si tukang masak. Si tukang masak pun tidak berani untuk berbohong, ia menceritakan bahwa sambal asam itu sudah bercampur dengan darahnya sendiri. Semenjak kejadian itu TanNunggal memerintahkan kepada tukang masak setiap kali membuat sambal asam harus dicampur dengan darah manusia.
Kembali ke cerita Bujang Nadi dan Dare Nandong, pada masa hidupnya Bujang Nadi sangat suka memelihara ayam jago dan Dare Nandong paling suka untuk menenun kain sampai-sampai dia pernah mendapatkan hadiah berupa mesin tenun yang berlapis emas, tiap hari Bujang Nadi dan Dare Nandong hanya diperbolehkan bermain berdua saja melainkan hanya berteman dengan ayam jago dan alat tenun milik Dare Nandong karena TanNunggal sangat membenci mereka jika dia berteman dengan rakyat biasa.
Pada suatu kejadian, ketika Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik barmain di taman istana tanpa sadar mereka di intip oleh seorang pengawal istana, tepat pada saat itu Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik bercerita tentang perkawinan.
Bujang Nadi : dik, jika kamu ingin mencari pasangan hidup. Pasangan hidup seperti apa yang kamu idamkan?
Dare Nandong : adik sangat mengharapakan, nanti calon suami adik mirip dangan abang, baik itu dari segi gantengnya, gagahnya, dan sikapnya harus seperti abang. Sedangkan abang, istri seperti apa yang abang inginkan?
Bujang Nadi : abang juga berkehendak demikian, abang sangat mengharapkan istri abang nantinya seperti adik cantiknya dan tentunya hati istri abang juga seperti adik lembutnya.
Mendengar percakapan kakak adik tersebut pengawal kerajaan yang sedang mengintip tadi salah artikan, dia berpikir kakak adik tersebut ingin melakukan perkawinan sejarah, tanpa berpikir panjang sang pengawal kerajaan itu langsung melaporkan kejadian tersebut kepada TanNunggal. Raja TanNunggal sangat terkejut, dia sangat malu dengan kejadian itu, sebelum anaknya berbuat hal yang dapat merusak citra atau nama baik kerajaan Sambas bahkan dapat memberikan aib bagi kerajaan, padahal apa yang iya dengar semuanya salah belaka. TanNunggal langsung memerintahkan kepada prajuritnya untuk mengubur kedua anaknya yaitu Bujang Nadi dan Dare Nandong beserta dengan ayam jago milik Bujang Nadi dan mesin tenun milik Dare Nandong. Kemudaian kedua kakak adik tersebut di kubur hidup-hidup di daerah Sebedang Kecamatan Tebas tentunya masih di Kabupaten Sambas. Konon katanya masyarakat setempat sampai pada saat ini masih percaya bahwa kuburan tersebut sangat angker karena setiap malam jumat sering mendengar kokokan suara ayam jantan yang berasal dari kuburan Bujang Nadi dan Dare Nandong yang di kubur dalam satu makam, bahkan kadang-kadang terdengar suara orang sedang menenun kain yang juga berasal dari kuburan tersebut yang di duga milik Dare Nandong.
Pencerita : M. Alwi
Asal Mula Batu Betarub
Pada suatu desa hiduplah sebuah keluarga miskin yang hanya terdiri dari seorang ibu dengan seorang anak. Anaknya sudah lumayan besar sekitar umur 7 tahun. Keluarga ini adalah keluarga yang paling miskin di desa itu. Orang selalu tidak menganggap keberadaan mereka dan mengucilkan mereka. Ibunya hanya bekerja sebagai pencari kayu bakar untuk menghidupi keluarganya.
Suatu hari orang yang paling kaya di kampung itumengadakan selamatan yang kita tahu kalau orang kaya mengadakan selamatan, pasti seluruh warga kampung diundang. Setelah mendengar cerita itu, si anak merasa ingin sekali pergi ke acara selamatan itu karena seumur hidupnya dia tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu.
”Aku tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu” kata anak itu.
Lalu anak itu bertanya kepada ibunya ”Mak, apakah kita diundang oleh orang di acara itu?”
Lalu jawab ibunya ”Tak tahu ya, coba kamu bertanya ke orang di situ”
Lalu jawab si anak lagi ”Mana ada mak orang yang mau memberitahu kita. Aku kan bau”
”Oh, kalau begitu biar mak saja yang bertanya” kata ibunya.
Pergilah ibunya itu. Kemudian bertanyalah ibunya ke tetangga itu ”Eh, apakah aku diundang di acara itu?”
”Tak tahu ya. Sepertinya tidak ada. Aku Cuma mengundang orang yang namanya di sini” kata tetangga tadi itu.
Rasa kesal ibunya menyeruak. Kemudian sadarlah dia bahwa mungkin dia adalah orang paling miskin di kampungnya. Kemudian diberitahukannya kepada si anak bahwa keluarganya tidak diundang oleh orang yang mengadakan acara itu.
Akan tetapi si anak ingin sekali seperti orang lain yang dapat makan enak. Kemudian dia nekad bahwa dia harus pergi ke acara itu. ”Mak...!” kata anak itu.
”Aku harus pergi ke acara itu apapun yang terjadi” kata anak itu lagi.
Tibalah hari acara tersebut. Orang yang kaya tadi membuat tarub untuk acaranya tersebut. Tarub itu adalah tempat orang terhormat berkumpul seperti kiai, kepala kampung, dan sebagainya. Pakoknya orang kaya dan terhormat yang datang pada sebuah acara yang memang sengaja dibuat oleh orang. Begitu acara dimulai, berdatangan orang sekampung. Melihat orang sekampung pergi ke acara itu, si anak pun ikut pergi juga. Berdandanlah si anak. Ketika sampai di tarub, si anak ditahan oleh si penjaga tarub.
”Ada apa kamu ke sini? Kamu itu tidak diundang” kata penjaga tarub tadi. Kemudian penjaga tarub mendorong tubuh anak tersebut hingga jatuh. Merasa diperlakukan seperti itu, pulanglah si anak ke rumahnya. Setibanya di rumah, dia pun langsung memberitahu kepada ibunya apa yang di alaminya di acara tadi. Kemudian ibunya menyuruh dia untuk pergi kembali, pergilah si anak untuk yang kedua kalinya. Akan tetapi, anak tersebut tetap saja diusir oleh penjaga tarub tersebut. Penjaga tarub tersebut mendorong anak tersebut lagi. Kemudian si anak kembali ke rumah dan memberitahukan kejadian tersebut kepada ibunya.
Sesampainya di rumah, ibu kembali menyuruh anaknya untuk mandi sampai bersih ”Coba kamu pergi lagi dan sebelum kamu pergi kamu harus mandi sampai bersih. Mungkin saja badanmu masih bau sehingga orang tidak mau menerimamu hadir di acara tersebut”
Kemudian si anak tanpa berpikir panjang menuruti perintah ibunya. Setelah mandi si anak langsung pergi ke acara tersebut untuk ketiga kalinya. Akan tetapi, anak tersebut masih juga didorong oleh si penjaga tarub tersebut. Dengan hati yang sedih si anak kembali lagi ke rumahnya dan memberitahukan lagi apa yang dialaminya kepada si ibu. Mendengar cerita anaknya, hati si ibu pun menjadi geram terhadap perlakuan si penjaga tarub terhadap anaknya, maka timbullah niat jahat si ibu.
”Oh, kalau begitu caranya orang dengan kami, kami juga bisa berbuat jahat dengan orang” kata si ibu.
”Kalau begitu, kamu dandani kucing kita ini dengan memakaikan baju kepadanya sehingga menjadi kucing yang benar-benar bagus. Kemudian kita bawa kucing tersebut ke acara orang kaya itu” kata si ibu.
Kemudian si anak dengan si ibu pergi ke acara tersebut sambil membawa kucing yang sudah didandani tadi.
Sampai di tarub, kucing yang sudah didandan layaknya manusia, dipakaikan baju, dipolesi bedak dan lipstik tebal-tebal dilemparkan oleh mereka di depan orang ramai. Melihat kucing tersebut, orang yang ada di tarub tersebut tertawa sekeras-kerasnya. Kucing itu pun berlari-lari kebingungan tidak terarah. Orang mengira kalau kucing tersebut sedang menari dan semakin besar ketawa orang yang ada di situ. Tidak lama kemudian, tiba-tiba petir pun menyambar dan menyambar orang yang ada di tarub tersebut. Kemudian orang yang terkena sambaran petir itu menjadi batu beserta tarubnya. Akan tetapi, si anak dengan si ibu tadi bersembunyi di batang bambu.
Sampai sekarang, jika petir menyambar gesekkan saja batang bambu agar tidak terkena smbaran petir itu. Begitulah cerita mengapa disebut batu betarub yang sekarang batu tersebut terdapat di kampung Daup, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas.
Pencerita : M. Alwi
Suatu hari orang yang paling kaya di kampung itumengadakan selamatan yang kita tahu kalau orang kaya mengadakan selamatan, pasti seluruh warga kampung diundang. Setelah mendengar cerita itu, si anak merasa ingin sekali pergi ke acara selamatan itu karena seumur hidupnya dia tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu.
”Aku tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu” kata anak itu.
Lalu anak itu bertanya kepada ibunya ”Mak, apakah kita diundang oleh orang di acara itu?”
Lalu jawab ibunya ”Tak tahu ya, coba kamu bertanya ke orang di situ”
Lalu jawab si anak lagi ”Mana ada mak orang yang mau memberitahu kita. Aku kan bau”
”Oh, kalau begitu biar mak saja yang bertanya” kata ibunya.
Pergilah ibunya itu. Kemudian bertanyalah ibunya ke tetangga itu ”Eh, apakah aku diundang di acara itu?”
”Tak tahu ya. Sepertinya tidak ada. Aku Cuma mengundang orang yang namanya di sini” kata tetangga tadi itu.
Rasa kesal ibunya menyeruak. Kemudian sadarlah dia bahwa mungkin dia adalah orang paling miskin di kampungnya. Kemudian diberitahukannya kepada si anak bahwa keluarganya tidak diundang oleh orang yang mengadakan acara itu.
Akan tetapi si anak ingin sekali seperti orang lain yang dapat makan enak. Kemudian dia nekad bahwa dia harus pergi ke acara itu. ”Mak...!” kata anak itu.
”Aku harus pergi ke acara itu apapun yang terjadi” kata anak itu lagi.
Tibalah hari acara tersebut. Orang yang kaya tadi membuat tarub untuk acaranya tersebut. Tarub itu adalah tempat orang terhormat berkumpul seperti kiai, kepala kampung, dan sebagainya. Pakoknya orang kaya dan terhormat yang datang pada sebuah acara yang memang sengaja dibuat oleh orang. Begitu acara dimulai, berdatangan orang sekampung. Melihat orang sekampung pergi ke acara itu, si anak pun ikut pergi juga. Berdandanlah si anak. Ketika sampai di tarub, si anak ditahan oleh si penjaga tarub.
”Ada apa kamu ke sini? Kamu itu tidak diundang” kata penjaga tarub tadi. Kemudian penjaga tarub mendorong tubuh anak tersebut hingga jatuh. Merasa diperlakukan seperti itu, pulanglah si anak ke rumahnya. Setibanya di rumah, dia pun langsung memberitahu kepada ibunya apa yang di alaminya di acara tadi. Kemudian ibunya menyuruh dia untuk pergi kembali, pergilah si anak untuk yang kedua kalinya. Akan tetapi, anak tersebut tetap saja diusir oleh penjaga tarub tersebut. Penjaga tarub tersebut mendorong anak tersebut lagi. Kemudian si anak kembali ke rumah dan memberitahukan kejadian tersebut kepada ibunya.
Sesampainya di rumah, ibu kembali menyuruh anaknya untuk mandi sampai bersih ”Coba kamu pergi lagi dan sebelum kamu pergi kamu harus mandi sampai bersih. Mungkin saja badanmu masih bau sehingga orang tidak mau menerimamu hadir di acara tersebut”
Kemudian si anak tanpa berpikir panjang menuruti perintah ibunya. Setelah mandi si anak langsung pergi ke acara tersebut untuk ketiga kalinya. Akan tetapi, anak tersebut masih juga didorong oleh si penjaga tarub tersebut. Dengan hati yang sedih si anak kembali lagi ke rumahnya dan memberitahukan lagi apa yang dialaminya kepada si ibu. Mendengar cerita anaknya, hati si ibu pun menjadi geram terhadap perlakuan si penjaga tarub terhadap anaknya, maka timbullah niat jahat si ibu.
”Oh, kalau begitu caranya orang dengan kami, kami juga bisa berbuat jahat dengan orang” kata si ibu.
”Kalau begitu, kamu dandani kucing kita ini dengan memakaikan baju kepadanya sehingga menjadi kucing yang benar-benar bagus. Kemudian kita bawa kucing tersebut ke acara orang kaya itu” kata si ibu.
Kemudian si anak dengan si ibu pergi ke acara tersebut sambil membawa kucing yang sudah didandani tadi.
Sampai di tarub, kucing yang sudah didandan layaknya manusia, dipakaikan baju, dipolesi bedak dan lipstik tebal-tebal dilemparkan oleh mereka di depan orang ramai. Melihat kucing tersebut, orang yang ada di tarub tersebut tertawa sekeras-kerasnya. Kucing itu pun berlari-lari kebingungan tidak terarah. Orang mengira kalau kucing tersebut sedang menari dan semakin besar ketawa orang yang ada di situ. Tidak lama kemudian, tiba-tiba petir pun menyambar dan menyambar orang yang ada di tarub tersebut. Kemudian orang yang terkena sambaran petir itu menjadi batu beserta tarubnya. Akan tetapi, si anak dengan si ibu tadi bersembunyi di batang bambu.
Sampai sekarang, jika petir menyambar gesekkan saja batang bambu agar tidak terkena smbaran petir itu. Begitulah cerita mengapa disebut batu betarub yang sekarang batu tersebut terdapat di kampung Daup, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas.
Pencerita : M. Alwi
Senin, 29 Juni 2009
Raden Sandhi
kisah kematian Raden Sandhi. Menurut kepercayaan orang Sambas, bahwa Raden Sandhi itu bukannya mati, mayatnya dibawa orang kebenaran, orang halus, orang Paloh. Sebelum saya ceritakan Raden Sandhi itu, lebih baik saya ceritakan tentang Paloh, yakni tentang keangkerannya. Sampai saat ini mungkin orang daerah Sambas di sini masih percaya dengan keangkerannya, soal - soal mistik begitulah kita sekarang.
Menurut kepercayaan orang daerah Sambas kalau kita akan pergi ke Paloh, pertama kita tidak boleh berteriak - teriak atau memekik di dalam hutan. Kedua bersiul juga dilarang. Ketiga berkata tidak baik, Nah begitulah cerita orang Sambas tentang daerah Paloh.
Nah, sekarang saya akan bercerita tentang kematian Raden Sandhi tadi. Raden Sandhi itu termasuk keluarga orang yang baik - baik beliau keturunan Raja - raja Sambas. Kelakuannya sangat berbeda dengan saudaranya yang lain. Salah satu kebiasaan yang paling disukai dan sering dilakukannya yaitu berburu. Kalau sudah berburu biasanya dua atau tiga hari baru pulang ke rumah. Dan hal inilah, sekali - kali orang tuanya memberi teguran.
Pada suatu ketika, Raden Sandhi dipanggil oleh orang tuanya dan berkata : ” Sandhi, kamu aku lihat lain dari pada saudara - saudaramu. Selalu saja kau pergi kehutan, atau sampai ke daerah Paloh berburu mencari burung, kijang, pelanduk. Hasilnya tidak ada juga. Jadi aku rasa lebih baik kamu tinggal di rumah saja, itu anak istrimu siapa yang akan mengurusnya. Kami memang sanggup memberinya makan, tapi kamu sebagai suaminya, kamu yang lebih banyak memberi perhatian, mendidik. Baik itu kepada anak - anakmu, istrimu, itu adalah tanggung jawabmu.
Raden Sandhi, orangnya pendiam dan tidak suka berbicara yang tidak ada gunanya, terlebih - lebih kepada orang tuanya dan bagaimanapun kemarahan orang tuanya tadi, ia diam saja, namun di dalam hatinya karena itu telah menjadi kebiasaannya yang suka berburu. Pada suatu hari Raden Sandhi seperti biasa, akan pergi berburu senjatanya yang akan dipergunakan untuk pergi berburu. Lalu ia pergi menemui istrinya, ” Oi, hari ini, aku akan pergi berburu lagi.
Entah satu hari, dua hari aku tidak tahu. Cuma aku minta, supaya kepergianku itu, jangan kau ceritakan dengan ayah, dengan ibu,” mengapa pula, kata istrinya, saya baru saja dimarahi oleh ibu, supaya jangan pergi berburu, padahal hatiku selalu saja ingin pergi berburu. Jadi seorang istri haruslah patuh terhadap suami,”. Mengerti, jawab sang istri. Hanya jangan lama - lama. Maklumlah di dalam hutan, mesti ada sesuatu yang dikhawatirkan,”. Tidak, aku pergi tidak terlalu lama, mungkin hanya dua hari saja.
Baiklah, kata istrinya.” Nanti kalau ayah bertanya’, katakan aku tidak pergi kemana - mana. Hanya pergi dekat saja. Hanya nanti kalau kamu akan pergi bawalah teman. Jangan pergi sendiri, maklumlah di dalam hutan. Binatang banyak, seperti ular, beruang, dan binatang lainnya yang dapat menyusahkan kita, kata istrinya.
”Ialah aku membawa kawan, tapi siapakah kawanku, kata Raden Sandhi. Maka berangkatlah Raden Sandhi tadi. Dengan kedua orang temannya pergilah mereka bertiga berjalan. Mereka berjalan keluar masuk hutan, keluar masuk jurang tidak juga bertemu dengan binatang yang dicari. Apalagi rusa, kijang, pelanduk, burungpun tidak dijumpai. Karena belum juga ketemu dengan binatang buruannya dan sudah menjadi sifat Raden Sandhi, kalau belum dapat belum pula ia puas. Makan pun Raden Sandhi lupa apalagi minum. Akhirnya sampailah mereka ke daerah Paloh. Sesampai di Paloh, terdengar burung, Ciit .... Ciit ....... Ciit”. Kawan Raden Sandhipun berkata, ” Den itu ada bunyi burung.
”Mana ? ”itu, di batang kayu.” Raden Sandhipun melihat ke atas. Dilihatnya benar, ada seekor burung, namun burung itu sangat aneh bentuknya. Sangat berbeda dengan burung - burung yang lain. Tidak juga besar, tidak juga kecil. Burungnya bagus, cantik benar burung itu. Warnanya bermacam - macam, ada hijau, ada merah, kakinya kekuning - kuningan. Pendek kata menarik, sangat menarik hati.
”Ku sumpit saja burung itu. Kalau ku sumpit, mudah - mudahan burung itu tidak mati dan aku dapat memeliharanya,” kata Raden Sandhi. Kemudian di sumpitnya lah burung itu dan kena, tepat di kepalanya dan matilah burung tersebut. Sedihlah hati Raden Sandhi karena burung tersebut mati. ” Sayang, burung itu, kalau tidak mati akan kupelihara”. Apa boleh buat, walaupun mati akan kubawa pulang. Kata Raden Sandhi pada temannya.
”Wah, wah, kita pulang saja, sudah hampir dua hari kita berburu tidak juga mendapat hasil buruan hanya dapat burung satu ekor saja. Akan kusalai, agar bulunya tidak rusak sewaktu dibungkus dan akan kusimpan saja. ” Iyalah, ” jawab teman - temannya
Pulanglah Raden Sandhi, sampai di rumahnya Raden Sandhi bercerita, badannya kurang sehat, mengapa ya badanku kurang sehat, bulu kuduk terasa berdiri. Mungkin aku sakit. Pada mulanya tidak merasakan apa - apa sampai beberapa hari kemudian, badan Raden Sandhi masih juga belum sehat. Raden Sandhi merasakan demam setelah pergi ke Paloh !. Lalu dia pergi menghampiri istrinya, ada apa dengan badanku, kata Raden Sandhi kepada istrinya. Sakit barangkali aku ini.” Sudah tiga hari badanku ini panas dingin, bulu kuduk aku terasa berdiri, rasanya tidak nyaman sekali, apa ya obatnya ?”. kata Raden Sandhi kepada istrinya. Tidak tahu, jawab istrinya. Cari dukun saja yang dekat - dekat sini. Maka sang istri mencari dukun untuk mengobati suaminya tadi. Tidak lama kemudian datanglah sang dukun dan bertanya kepada Raden Sandhi, ” Sakit apa den ?”.
”Entahlah, badan aku ini rasanya kian hari kian melemah saja, bulu kuduk terasa berdiri. Demam ada juga tapi badan rasanya sakit semua. Raden dari mana, sampai sakit begini ? tanya sang dukun kepada Raden Sandhi. Saya pergi berburu ke Paloh, pulang dari berburu, badan saya terasa panas dingin, rasanya bulu merinding. Oh kalau begitu Raden terkena orang halus barangkali, kata sang dukun pula.
Lalu diobatinya Raden Sandhi, sesudah diobati dengan obat orang kampung tadi, dengan berjenis - jenis ramuan yang terbuat dari kayu - kayu, lalu dibacakannyalah mantra. Setelah dukun tadi pulang, sakit Raden Sandhi bukannya sembuh, tapi penyakitnya bertambah parah, akhirnya Raden Sandhi tidak mau makan.
Setelah beberapa lamanya Raden Sandhi sakit dan sakitnya tidak juga sembuh, akhirnya Raden Sandhi meninggal dunia. Layaknya orang meninggal tentulah dimandikan, dikapankan lalu dikuburkan seperti layaknya upacara penguburan. Setelah upacara penguburan selesai dilaksanakan, pada malam harinya istri Raden Sandhi mendapat mempi, dalam mimpi itu, mengatakan bahwa sebenarnya Raden Sandhi tidaklah mati, Raden Sandhi dibawa oleh orang halus pergi ke Paloh, untuk dijadikan raja oleh orang halus di sana karena raja mereka sudah tua, Raden Sandhi akan dijadikan menantu dan raja orang halus di tempat tersebut.
Yang dimakamkan itu bukannya Raden Sandhi, melainkan hanya sebatang kedebok pisang saja dan itulah yang ditanam, kata orang halus di dalam mimpi sang istri. Orang halus tadi juga berpesan untuk memberitahukan mimpinya kepada orang tua Raden Sandhi.
Lalu tersadarlah sang istri dari mimpinya, dan kemudian bercerita kepada kedua orang tua Raden Sandhi beserta keluarganya. Bahwa yang dikuburkan itu bukanlah jasad tubuh Raden Sandhi melainkan hanya sebatang gedebok pisang dan suaminya dibawa pergi ke paloh oleh orang halus untuk dinikahkan dengan anak Raja Paloh. Begitulah cerita istri Raden Sandhi, maka gemparlah mereka mendengar cerita sang istri tadi. Sang ayah menyesali kelakuan Raden Sandhi yang sudah sering diingatkan untuk tidak pergi berburu, apalagi pergi berburu sampai ke Paloh.
Sudah kita tahu bersama, bahwa Paloh itu tempat orang - orang kebenaran, apalagi kedatangannya ke Paloh hanya untuk pergi berburu, membunuh binatang lagi. Namun apa daya semuanya telah terjadi. Mungkin itu sudah suratan takdir Raden Sandhi,” kata ayahnya.
Kita teruskan cerita kita dahulu, setelah Raden Sandhi dibawa ke Paloh, Raden Sandhi dinikahkan dengan anak Raja Paloh. Pada masa itulah Raden Sandhi menjadi Raja Paloh dan berkuasa di daerah Paloh. Pada saat sekarang ini juga masih banyak masyarakat yang mempercayainya dan menurut cerita apabila akan pergi ke Paloh, jangan lupa menyebut nama Raden Sandhi, sambil berkata, ” Den, Raden, kami datang ke Paloh daerah kekuasaan dato’ ( panggilan untuk Raden Sandhi ) kami juga masih keluarga dari Sambas, janganlah kami diganggu”, begitlah bunyi ucapannya. Selain itu ada juga syarat yang harus dilakukan bagi yang akan ke Paloh yaitu
1. Jangan sekali - sekali berani berteriak - teriak
2. Jangan sekali - kali bersiul - siul itu tabu sekali dilakukan
3. Jangan sekali - kali membunuh binatang yang berguna seperti burung ( jenis apa saja ) dan yang lainnya
Selain itu juga tidak boleh berbicara kotor dan bersiul - siul. Apabila hal - hal semacam ini dilanggar maka akan ada akibatnya. Begitulah, ceritanya. Jadi kepercayaan itu masih tetap dipegang hingga saat ini. Orang yang masuk ke daerah Paloh tidak berani sembarangan. Daerah itu ( Paloh ) dijaga oleh Raden Sandhi. Benar atau tidaknya cerita ini’, Wallahualam.
Menurut kepercayaan orang daerah Sambas kalau kita akan pergi ke Paloh, pertama kita tidak boleh berteriak - teriak atau memekik di dalam hutan. Kedua bersiul juga dilarang. Ketiga berkata tidak baik, Nah begitulah cerita orang Sambas tentang daerah Paloh.
Nah, sekarang saya akan bercerita tentang kematian Raden Sandhi tadi. Raden Sandhi itu termasuk keluarga orang yang baik - baik beliau keturunan Raja - raja Sambas. Kelakuannya sangat berbeda dengan saudaranya yang lain. Salah satu kebiasaan yang paling disukai dan sering dilakukannya yaitu berburu. Kalau sudah berburu biasanya dua atau tiga hari baru pulang ke rumah. Dan hal inilah, sekali - kali orang tuanya memberi teguran.
Pada suatu ketika, Raden Sandhi dipanggil oleh orang tuanya dan berkata : ” Sandhi, kamu aku lihat lain dari pada saudara - saudaramu. Selalu saja kau pergi kehutan, atau sampai ke daerah Paloh berburu mencari burung, kijang, pelanduk. Hasilnya tidak ada juga. Jadi aku rasa lebih baik kamu tinggal di rumah saja, itu anak istrimu siapa yang akan mengurusnya. Kami memang sanggup memberinya makan, tapi kamu sebagai suaminya, kamu yang lebih banyak memberi perhatian, mendidik. Baik itu kepada anak - anakmu, istrimu, itu adalah tanggung jawabmu.
Raden Sandhi, orangnya pendiam dan tidak suka berbicara yang tidak ada gunanya, terlebih - lebih kepada orang tuanya dan bagaimanapun kemarahan orang tuanya tadi, ia diam saja, namun di dalam hatinya karena itu telah menjadi kebiasaannya yang suka berburu. Pada suatu hari Raden Sandhi seperti biasa, akan pergi berburu senjatanya yang akan dipergunakan untuk pergi berburu. Lalu ia pergi menemui istrinya, ” Oi, hari ini, aku akan pergi berburu lagi.
Entah satu hari, dua hari aku tidak tahu. Cuma aku minta, supaya kepergianku itu, jangan kau ceritakan dengan ayah, dengan ibu,” mengapa pula, kata istrinya, saya baru saja dimarahi oleh ibu, supaya jangan pergi berburu, padahal hatiku selalu saja ingin pergi berburu. Jadi seorang istri haruslah patuh terhadap suami,”. Mengerti, jawab sang istri. Hanya jangan lama - lama. Maklumlah di dalam hutan, mesti ada sesuatu yang dikhawatirkan,”. Tidak, aku pergi tidak terlalu lama, mungkin hanya dua hari saja.
Baiklah, kata istrinya.” Nanti kalau ayah bertanya’, katakan aku tidak pergi kemana - mana. Hanya pergi dekat saja. Hanya nanti kalau kamu akan pergi bawalah teman. Jangan pergi sendiri, maklumlah di dalam hutan. Binatang banyak, seperti ular, beruang, dan binatang lainnya yang dapat menyusahkan kita, kata istrinya.
”Ialah aku membawa kawan, tapi siapakah kawanku, kata Raden Sandhi. Maka berangkatlah Raden Sandhi tadi. Dengan kedua orang temannya pergilah mereka bertiga berjalan. Mereka berjalan keluar masuk hutan, keluar masuk jurang tidak juga bertemu dengan binatang yang dicari. Apalagi rusa, kijang, pelanduk, burungpun tidak dijumpai. Karena belum juga ketemu dengan binatang buruannya dan sudah menjadi sifat Raden Sandhi, kalau belum dapat belum pula ia puas. Makan pun Raden Sandhi lupa apalagi minum. Akhirnya sampailah mereka ke daerah Paloh. Sesampai di Paloh, terdengar burung, Ciit .... Ciit ....... Ciit”. Kawan Raden Sandhipun berkata, ” Den itu ada bunyi burung.
”Mana ? ”itu, di batang kayu.” Raden Sandhipun melihat ke atas. Dilihatnya benar, ada seekor burung, namun burung itu sangat aneh bentuknya. Sangat berbeda dengan burung - burung yang lain. Tidak juga besar, tidak juga kecil. Burungnya bagus, cantik benar burung itu. Warnanya bermacam - macam, ada hijau, ada merah, kakinya kekuning - kuningan. Pendek kata menarik, sangat menarik hati.
”Ku sumpit saja burung itu. Kalau ku sumpit, mudah - mudahan burung itu tidak mati dan aku dapat memeliharanya,” kata Raden Sandhi. Kemudian di sumpitnya lah burung itu dan kena, tepat di kepalanya dan matilah burung tersebut. Sedihlah hati Raden Sandhi karena burung tersebut mati. ” Sayang, burung itu, kalau tidak mati akan kupelihara”. Apa boleh buat, walaupun mati akan kubawa pulang. Kata Raden Sandhi pada temannya.
”Wah, wah, kita pulang saja, sudah hampir dua hari kita berburu tidak juga mendapat hasil buruan hanya dapat burung satu ekor saja. Akan kusalai, agar bulunya tidak rusak sewaktu dibungkus dan akan kusimpan saja. ” Iyalah, ” jawab teman - temannya
Pulanglah Raden Sandhi, sampai di rumahnya Raden Sandhi bercerita, badannya kurang sehat, mengapa ya badanku kurang sehat, bulu kuduk terasa berdiri. Mungkin aku sakit. Pada mulanya tidak merasakan apa - apa sampai beberapa hari kemudian, badan Raden Sandhi masih juga belum sehat. Raden Sandhi merasakan demam setelah pergi ke Paloh !. Lalu dia pergi menghampiri istrinya, ada apa dengan badanku, kata Raden Sandhi kepada istrinya. Sakit barangkali aku ini.” Sudah tiga hari badanku ini panas dingin, bulu kuduk aku terasa berdiri, rasanya tidak nyaman sekali, apa ya obatnya ?”. kata Raden Sandhi kepada istrinya. Tidak tahu, jawab istrinya. Cari dukun saja yang dekat - dekat sini. Maka sang istri mencari dukun untuk mengobati suaminya tadi. Tidak lama kemudian datanglah sang dukun dan bertanya kepada Raden Sandhi, ” Sakit apa den ?”.
”Entahlah, badan aku ini rasanya kian hari kian melemah saja, bulu kuduk terasa berdiri. Demam ada juga tapi badan rasanya sakit semua. Raden dari mana, sampai sakit begini ? tanya sang dukun kepada Raden Sandhi. Saya pergi berburu ke Paloh, pulang dari berburu, badan saya terasa panas dingin, rasanya bulu merinding. Oh kalau begitu Raden terkena orang halus barangkali, kata sang dukun pula.
Lalu diobatinya Raden Sandhi, sesudah diobati dengan obat orang kampung tadi, dengan berjenis - jenis ramuan yang terbuat dari kayu - kayu, lalu dibacakannyalah mantra. Setelah dukun tadi pulang, sakit Raden Sandhi bukannya sembuh, tapi penyakitnya bertambah parah, akhirnya Raden Sandhi tidak mau makan.
Setelah beberapa lamanya Raden Sandhi sakit dan sakitnya tidak juga sembuh, akhirnya Raden Sandhi meninggal dunia. Layaknya orang meninggal tentulah dimandikan, dikapankan lalu dikuburkan seperti layaknya upacara penguburan. Setelah upacara penguburan selesai dilaksanakan, pada malam harinya istri Raden Sandhi mendapat mempi, dalam mimpi itu, mengatakan bahwa sebenarnya Raden Sandhi tidaklah mati, Raden Sandhi dibawa oleh orang halus pergi ke Paloh, untuk dijadikan raja oleh orang halus di sana karena raja mereka sudah tua, Raden Sandhi akan dijadikan menantu dan raja orang halus di tempat tersebut.
Yang dimakamkan itu bukannya Raden Sandhi, melainkan hanya sebatang kedebok pisang saja dan itulah yang ditanam, kata orang halus di dalam mimpi sang istri. Orang halus tadi juga berpesan untuk memberitahukan mimpinya kepada orang tua Raden Sandhi.
Lalu tersadarlah sang istri dari mimpinya, dan kemudian bercerita kepada kedua orang tua Raden Sandhi beserta keluarganya. Bahwa yang dikuburkan itu bukanlah jasad tubuh Raden Sandhi melainkan hanya sebatang gedebok pisang dan suaminya dibawa pergi ke paloh oleh orang halus untuk dinikahkan dengan anak Raja Paloh. Begitulah cerita istri Raden Sandhi, maka gemparlah mereka mendengar cerita sang istri tadi. Sang ayah menyesali kelakuan Raden Sandhi yang sudah sering diingatkan untuk tidak pergi berburu, apalagi pergi berburu sampai ke Paloh.
Sudah kita tahu bersama, bahwa Paloh itu tempat orang - orang kebenaran, apalagi kedatangannya ke Paloh hanya untuk pergi berburu, membunuh binatang lagi. Namun apa daya semuanya telah terjadi. Mungkin itu sudah suratan takdir Raden Sandhi,” kata ayahnya.
Kita teruskan cerita kita dahulu, setelah Raden Sandhi dibawa ke Paloh, Raden Sandhi dinikahkan dengan anak Raja Paloh. Pada masa itulah Raden Sandhi menjadi Raja Paloh dan berkuasa di daerah Paloh. Pada saat sekarang ini juga masih banyak masyarakat yang mempercayainya dan menurut cerita apabila akan pergi ke Paloh, jangan lupa menyebut nama Raden Sandhi, sambil berkata, ” Den, Raden, kami datang ke Paloh daerah kekuasaan dato’ ( panggilan untuk Raden Sandhi ) kami juga masih keluarga dari Sambas, janganlah kami diganggu”, begitlah bunyi ucapannya. Selain itu ada juga syarat yang harus dilakukan bagi yang akan ke Paloh yaitu
1. Jangan sekali - sekali berani berteriak - teriak
2. Jangan sekali - kali bersiul - siul itu tabu sekali dilakukan
3. Jangan sekali - kali membunuh binatang yang berguna seperti burung ( jenis apa saja ) dan yang lainnya
Selain itu juga tidak boleh berbicara kotor dan bersiul - siul. Apabila hal - hal semacam ini dilanggar maka akan ada akibatnya. Begitulah, ceritanya. Jadi kepercayaan itu masih tetap dipegang hingga saat ini. Orang yang masuk ke daerah Paloh tidak berani sembarangan. Daerah itu ( Paloh ) dijaga oleh Raden Sandhi. Benar atau tidaknya cerita ini’, Wallahualam.
PUTRI ANAM
Ini cerita tentang seorang putri dengan Pak Rusa’. Putri tadi bernama Bussu. Kisah ini bermula dari suatu hari Putri Bussu melayangkan kipas ke rumah Pak Rusa’. Kipas tadi menyangkut di rumah Pak Rusa’.
” Putri, putri buatkan aku bubur ya .....”, kata Pak Rusa pada sang putri ” Baiklah, Pak Rusa’, jawab sang putri
Dibuatkannyalah bubur, namun belum juga dimakannya sampai menjelang siang dan bubur tersebut menjadi dingin. Tidak lama kemudian bubur itupun dimakan oleh Pak Rusa’. Tidak lama kemudian Pak Rusa’ bertanya kepada tuan putri.
” Apa yang berbunyi riuh rendah tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Itu orang menumbuk emping disiang hari, jawab Sang Putri’
” Apa yang dikipas - kipas, tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Orang sedang menyapu lantai di siang hari, Pak Rusa’ kata Tuan Putri"
” Apa yang terang benderang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Bintang Timur merupakan tanda hari akan siang, Pak Rusa, kata Tuan Putri
” Apa yang bergoyang goyang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Daun simpur ditiup angin, Pak Rusa’., kata Tuan Putri
” Apa yang bergerak gerak, tuan putri ? tanya Pak Rusa
” Hanyut kayu besar dari hulu Pak Rusa”, kata Tuan Putri
” Masak bubur lagi kah tuan putri ? tanya Pak Rusa’.
"Benar sejak dari tadi sudah dimasak, hingga dingin rasa bubur itu, kata tuan putri.
Lalu Pak Rusa’ makan bubur itu sampai habis. Jika tuan putri pulang, ambillah labu barang sebutir disitu.
” Iya, jawab Tuan Putri.
” Yang ringan saja tuan putri. Nanti sesampai di rumah tutup pintu, tutup jendela, turunkan kelambu lalu belahlah dua labu tersebut. Setibanya di rumah tuan putripun menutup semua pintu dan jendela serta menurunkan kelambu, maka dibelahnya labu tersebut. Betapa terkejutnya sang putri ternyata penuh dengan emas di dalam labu tersebut.
Timbul keinginan kakak sang putri yang bernama Putri Anam untuk memiliki labu tersebut. Kemudian bertanyalah Putri Anam kepada Putri Bussu, dimana ia memperoleh labu itu ?. Putri Bussupun menjawab bahwa ia membuatkan bubur Pak Rusa. Kemudian lanjut Putri Bussu bahwa kipasnya tersangkut di pohon jeruk Pak Rusa’ lalu ia bercerita. Kipas saya sangkut di pohon jeruk Pak Rusa’, katanya.
Kemudian Putri Anampun mencontoh apa yang telah Putri Bussu ceritakan kepadanya, Putri Anam juga langsung melayangkan kipas ke rumah Pak Rusa’. Kemudian Putri Anam pergi ke rumah Pak Rusa’ sesampainya di rumah Pak Rusa’, Pak Rusa’ pun berkata kepada Putri Anam.
” Putri, putri, buburkanlah saya”, kata Pak Rusa’
” Iya’ jawab tuan putri.
Maka Putri Anampun membuat bubur dan haripun menjelang siang, seperti biasa bubur itupun menjadi dingin.
” Makanlah, sudah dingin”, kata Putri Anam
” Iya, jawab Pak Rusa’.
Belum menjelang siang sudah dikatakannya dingin bubur tersebut, kata Pak Rusa’. Maka Pak Rusa’ makan bubur tersebut. Namun pada saat Pak Rusa’, akan memakannya, panas bukan main bubur tersebut. Rasa terbakar mulut Pak Rusa’. Tunggu kau tuan putri, jawab Pak Rusa’ sambil mengumpat. Menjelang malam kita akan bercerita tuan putri kata Pak Rusa’.
” Apa yang berbunyi riuh rendah tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Itu orang menumbung emping di siang hari, Pak Rusa’ jawab Tuan Putri
” Apa yang dikipas-kipas, tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Orang sedang menyapu lantai di siang hari, Pak Rusa’, kata tuan putri
” Apa yang terang benderang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Bintang Timur tanda hari akan siang, Pak Rusa’, kata Tuan Putri
” Apa yang bergoyang goyang tuan putri ?, tanya Pak Rusa’
” Daun Simpur ditiup angin, Pak Rusa’, kata tuan putri
” Apa yang bergerak gerak, tuan putri ? tanya Pak Rusa
” Hanyut kayu besar dari hulu Pak Rusa’, kata tuan putri
Buburkan lagi saya tuan putri, kata Pak Rusa’. Menjelang siang nanti artinya bubur tersebut sudah dingin kata Pak Rusa’. Belum lagi hari menjelang siang sudah dikatakannya dingin bubur tersebut. Setelah itu dimakannyalah bubur yang lagi panas tersebut. Sekali lagi Pak Rusa’ merasa dibohongi oleh Putri Anam. Tunggu kau, kata Pak Rusa’ sambil mengumpat. Nanti jika tuan putri pulang ambillah labu yang terletak di bawah dapur. Ambillah sesuka hatimu, kata Pak Rusa’ yang ringankah atau yang berat, Oh kalau begitu saya memilih yang berat saja, banyak isinya. Nanti sesampai di rumah tutup pintu, tutup jendela turunkan kelambu. ” Baiklah Pak Rusa’, kata Putri Anam.
Maka sesampai di rumah Putri Anam pun menutup pintu, menutup jendela menurunkan kelambu, kemudian dibelahnya buah labu tersebut, betapa terkejutnya sang Putri Anam, bukannya emas yang didapat malah sebaliknya celaka yang didapat karena yang keluar dari dalam buah labu tersebut ular, kalajengking, lipan dan matilah Putri Anam tersebut digigit binatang yang keluar dari buah labu tersebut.
Begitulah ceritanya balasan orang yang suka berbohong dan tidak sabar.
” Putri, putri buatkan aku bubur ya .....”, kata Pak Rusa pada sang putri ” Baiklah, Pak Rusa’, jawab sang putri
Dibuatkannyalah bubur, namun belum juga dimakannya sampai menjelang siang dan bubur tersebut menjadi dingin. Tidak lama kemudian bubur itupun dimakan oleh Pak Rusa’. Tidak lama kemudian Pak Rusa’ bertanya kepada tuan putri.
” Apa yang berbunyi riuh rendah tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Itu orang menumbuk emping disiang hari, jawab Sang Putri’
” Apa yang dikipas - kipas, tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Orang sedang menyapu lantai di siang hari, Pak Rusa’ kata Tuan Putri"
” Apa yang terang benderang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Bintang Timur merupakan tanda hari akan siang, Pak Rusa, kata Tuan Putri
” Apa yang bergoyang goyang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Daun simpur ditiup angin, Pak Rusa’., kata Tuan Putri
” Apa yang bergerak gerak, tuan putri ? tanya Pak Rusa
” Hanyut kayu besar dari hulu Pak Rusa”, kata Tuan Putri
” Masak bubur lagi kah tuan putri ? tanya Pak Rusa’.
"Benar sejak dari tadi sudah dimasak, hingga dingin rasa bubur itu, kata tuan putri.
Lalu Pak Rusa’ makan bubur itu sampai habis. Jika tuan putri pulang, ambillah labu barang sebutir disitu.
” Iya, jawab Tuan Putri.
” Yang ringan saja tuan putri. Nanti sesampai di rumah tutup pintu, tutup jendela, turunkan kelambu lalu belahlah dua labu tersebut. Setibanya di rumah tuan putripun menutup semua pintu dan jendela serta menurunkan kelambu, maka dibelahnya labu tersebut. Betapa terkejutnya sang putri ternyata penuh dengan emas di dalam labu tersebut.
Timbul keinginan kakak sang putri yang bernama Putri Anam untuk memiliki labu tersebut. Kemudian bertanyalah Putri Anam kepada Putri Bussu, dimana ia memperoleh labu itu ?. Putri Bussupun menjawab bahwa ia membuatkan bubur Pak Rusa. Kemudian lanjut Putri Bussu bahwa kipasnya tersangkut di pohon jeruk Pak Rusa’ lalu ia bercerita. Kipas saya sangkut di pohon jeruk Pak Rusa’, katanya.
Kemudian Putri Anampun mencontoh apa yang telah Putri Bussu ceritakan kepadanya, Putri Anam juga langsung melayangkan kipas ke rumah Pak Rusa’. Kemudian Putri Anam pergi ke rumah Pak Rusa’ sesampainya di rumah Pak Rusa’, Pak Rusa’ pun berkata kepada Putri Anam.
” Putri, putri, buburkanlah saya”, kata Pak Rusa’
” Iya’ jawab tuan putri.
Maka Putri Anampun membuat bubur dan haripun menjelang siang, seperti biasa bubur itupun menjadi dingin.
” Makanlah, sudah dingin”, kata Putri Anam
” Iya, jawab Pak Rusa’.
Belum menjelang siang sudah dikatakannya dingin bubur tersebut, kata Pak Rusa’. Maka Pak Rusa’ makan bubur tersebut. Namun pada saat Pak Rusa’, akan memakannya, panas bukan main bubur tersebut. Rasa terbakar mulut Pak Rusa’. Tunggu kau tuan putri, jawab Pak Rusa’ sambil mengumpat. Menjelang malam kita akan bercerita tuan putri kata Pak Rusa’.
” Apa yang berbunyi riuh rendah tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Itu orang menumbung emping di siang hari, Pak Rusa’ jawab Tuan Putri
” Apa yang dikipas-kipas, tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Orang sedang menyapu lantai di siang hari, Pak Rusa’, kata tuan putri
” Apa yang terang benderang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Bintang Timur tanda hari akan siang, Pak Rusa’, kata Tuan Putri
” Apa yang bergoyang goyang tuan putri ?, tanya Pak Rusa’
” Daun Simpur ditiup angin, Pak Rusa’, kata tuan putri
” Apa yang bergerak gerak, tuan putri ? tanya Pak Rusa
” Hanyut kayu besar dari hulu Pak Rusa’, kata tuan putri
Buburkan lagi saya tuan putri, kata Pak Rusa’. Menjelang siang nanti artinya bubur tersebut sudah dingin kata Pak Rusa’. Belum lagi hari menjelang siang sudah dikatakannya dingin bubur tersebut. Setelah itu dimakannyalah bubur yang lagi panas tersebut. Sekali lagi Pak Rusa’ merasa dibohongi oleh Putri Anam. Tunggu kau, kata Pak Rusa’ sambil mengumpat. Nanti jika tuan putri pulang ambillah labu yang terletak di bawah dapur. Ambillah sesuka hatimu, kata Pak Rusa’ yang ringankah atau yang berat, Oh kalau begitu saya memilih yang berat saja, banyak isinya. Nanti sesampai di rumah tutup pintu, tutup jendela turunkan kelambu. ” Baiklah Pak Rusa’, kata Putri Anam.
Maka sesampai di rumah Putri Anam pun menutup pintu, menutup jendela menurunkan kelambu, kemudian dibelahnya buah labu tersebut, betapa terkejutnya sang Putri Anam, bukannya emas yang didapat malah sebaliknya celaka yang didapat karena yang keluar dari dalam buah labu tersebut ular, kalajengking, lipan dan matilah Putri Anam tersebut digigit binatang yang keluar dari buah labu tersebut.
Begitulah ceritanya balasan orang yang suka berbohong dan tidak sabar.
Asal Usul Burung Ruai
Konon pada zaman dahulu di daerah Kabupaten Sambas (Kalimantan Barat), tepatnya di pedalaman benua Bantahan sebelah Timur Kota Sekura Ibukota Kecamatan Teluk Keramat yang dihuni oleh Suku Dayak, telah terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan untuk diketahui dan menarik untuk dikaji, sehingga peristiwa itu diangkat ke permukaan.
Menurut informasi orang bahwa di daerah tersebut terdapat sebuah kerajaan yang kecil, letaknya tidak jauh dari Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai. Tidak jauh dari kedua gunung dimaksud terdapatlah sebuah gua yang bernama “Gua Batu”, di dalamnya terdapat banyak aliran sungai kecil yang di dalamnya terdapat banyak ikan dan gua tersebut dihuni oleh seorang kakek tua renta yang boleh dikatakan sakti.
Cerita dimulai dengan seorang raja yang memerintah pada kerajaan di atas dan mempunyai tujuh orang putri, raja itu tidak mempunyai istri lagi sejak meninggalnya permaisuri atau ibu dari ketujuh orang putrinya. Di antara ketujuh orang putri tersebut ada satu orang putri raja yang bungsu atau Si Bungsu. Si Bungsu mempunyai budi pekerti yang baik, rajin, suka menolong dan taat pada orang tua, oleh karena itu tidak heran sang ayah sangat menyayanginya. Lain pula halnya dengan keenam kakak-kakaknya, perilakunya sangat berbeda jauh dengan Si Bungsu, keenam kakaknya mempunyai hati yang jahat, iri hati, dengki, suka membantah orang tua, dan malas bekerja. Setiap hari yang dikerjakannya hanya bermain-main saja.
Dengan kedua latar belakang inilah, maka sang ayah (raja) menjadi pilih kasih terhadap putri-putrinya. Hampir setiap hari keenam kakak Si Bungsu dimarah oleh ayahnya, sedangkan Si Bungsu sangat dimanjakannya. Melihat perlakuan inilah maka keenam kakak Si Bungsu menjadi dendam, bahkan benci terhadap adik kandungnya sendiri, maka bila ayahnya tidak ada di tempat, sasaran sang kakak adalah melampiaskan dendam kepada Si Bungsu dengan memukul habis-habisan tanpa ada rasa kasihan sehingga tubuh Si Bungsu menjadi kebiru-biruan dan karena takut dipukuli lagi Si Bungsu menjadi takut dengan kakaknya.
Untuk itu segala hal yang diperintahkan kakaknya mau tidak mau Si Bungsu harus menurut seperti: mencuci pakaian kakaknya, membersihkan rumah dan halaman, memasak, mencuci piring, bahkan yang paling mengerikan lagi, Si Bungsu biasa disuruh untuk mendatangkan beberapa orang taruna muda untuk teman/menemani kakaknya yang enam orang tadi. Semua pekerjaan hanya dikerjakan Si Bungsu sendirian sementara ke enam orang kakaknya hanya bersenda gurau saja.
Sekali waktu pernah akibat perlakuan keenam kakaknya itu terhadap Si Bungsu diketahui oleh sang raja (ayah) dengan melihat badan (tubuh) Si Bungsu yang biru karena habis dipukul tetapi takut untuk mengatakan yang sebenarnya pada sang ayah, dan bila sang ayah menanyakan peristiwa yang menimpa Si Bungsu kepada keenam kakaknya maka keenam orang kakaknya tersebut membuat alasan-alasan yang menjadikan sang ayah percaya seratus persen bahwa tidak terjadi apa-apa. Salah satu yang dibuat alasan sang kakak adalah sebab badan Si Bungsu biru karena Si Bungsu mencuri pepaya tetangga, kemudian ketahuan dan dipukul oleh tetangga tersebut. Karena terlalu percayanya sang ayah terhadap cerita dari sang kakak maka sang ayah tidak memperpanjang permasalahan dimaksud.
Begitulah kehidupan Si Bungsu yang dialami bersama keenam kakaknya, meskipun demikian Si Bungsu masih bersikap tidak menghadapi perlakuan keenam kakaknya, kadang-kadang Si Bungsu menangis tersedu-sedu menyesali dirinya mengapa ibunya begitu cepat meninggalkannya. sehingga ia tidak dapat memperoleh perlindungan. Untuk perlindungan dari sang ayah boleh dikatakan masih sangat kurang. Karena ayahnya sibuk dengan urusan kerajaan dan urusan pemerintahan.
Setelah mengalami hari-hari yang penuh kesengsaraan, maka pada suatu hari berkumpullah seluruh penghuni istana untuk mendengarkan berita bahwa sang raja akan berangkat ke kerajaan lain untuk lebih mempererat hubungan kekerabatan diantara mereka selama satu bulan. Ketujuh anak (putrinya) tidak ketinggalan untuk mendengarkan berita tentang kepergian ayahnya tersebut. Pada pertemuan itu pulalah diumumkan bahwa kekuasaan sang raja selama satu bulan itu dilimpahkan kepada Si Bungsu, yang penting bila sang raja tidak ada di tempat, maka masalah-masalah yang berhubungan dengan kerajaan (pemerintahan) harus mohon (minta) petunjuk terlebih dahulu dari Si Bungsu. Mendengar berita itu, keenam kakaknya terkejut dan timbul niat masing-masing di dalam hati kakaknya untuk melampiaskan rasa dengkinya, bila sang ayah sudah berangkat nanti. Serta timbul dalam hati masing-masing kakaknya mengapa kepercayaan ayahnya dilimpahkan kepada Si Bungsu bukan kepada mereka.
Para prajurit berdamping dalam keberangkatan sang raja sangat sibuk untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Maka pada keesokan harinya berangkatlah pasukan sang raja dengan bendera dan kuda yang disaksikan oleh seluruh rakyat kerajaan dan dilepas oleh ketujuh orang putrinya.
Keberangkatan sang ayah sudah berlangsung satu minggu yang lewat. Maka tibalah saatnya yaitu saat-saat yang dinantikan oleh keenam kakaknya Si Bungsu untuk melampiaskan nafsu jahatnya yaitu ingin memusnahkan Si Bungsu supaya jangan tinggal bersama lagi dan bila perlu Si Bungsu harus dibunuh. Tanda-tanda ini diketahui oleh Si Bungsu lewat mimpinya yang ingin dibunuh oleh kakanya pada waktu tidur di malam hari.
Setelah mengadakan perundingan di antara keenam kakaknya dan rencanapun sudah matang, maka pada suatu siang keenam kakak di bungsu tersebut memanggil Si Bungsu, apakah yang dilakukannya?. Ternyata keenam kakanya mengajak Si Bungsu untuk mencari ikan (menangguk) yang di dalam bahasa Melayu Sambas mencari ikan dengan alat yang dinamakan tangguk yang dibuat dari rotan dan bentuknya seperti bujur telur (oval). Karena sangat gembira bahwa kakaknya mau berteman lagi dengannya, lalu Si Bungsu menerima ajakan tersebut. Padahal dalam ajakan tersebut terselip sebuah balas dendam kakaknya terhadap Si Bungsu, tetapi Si Bungsu tidak menduga hal itu sama sekali.
Tanpa berpikir panjang lagi maka berangkatlah ketujuh orang putri raja tersebut pada siang itu, dengan masing-masing membawa tangguk dan sampailah mereka bertujuh di tempat yang akan mereka tuju (lokasi menangguk), yaitu gua batu, Si Bungsu disuruh masuk terlebih dahulu ke dalam gua, baru diikuti oleh keenam kakaknya. Setelah mereka masuk, Si Bungsu disuruh berpisah dalam menangguk ikan supaya mendapat lebih banyak dan ia tidak tahu bahwa ia tertinggal jauh dengan kakak-kakanya.
Si Bungsu sudah berada lebih jauh ke dalam gua, sedangkan keenam kakaknya masih saja berada di muka gua dan mendoakan supaya Si Bungsu tidak dapat menemukan jejak untuk pulang nantinya. Keenam kakaknya tertawa terbahak-bahak sebab Si Bungsu telah hilang dari penglihatan. Suasana gua yang gelap gulita membuat Si Bungsu menjadi betul-betul kehabisan akal untuk mencari jalan keluar dari gua itu. Tidak lama kemudian keenam kakaknya pulang dari gua batu menuju rumahnya tanpa membawa Si Bungsu dan pada akhirnya Si Bungsu pun tersesat.
Merasa bahwa Si Bungsu telah dipermainkan oleh kakaknya tadi, maka tinggallah ia seorang diri di dalam gua batu tersebut dan duduk bersimpuh di atas batu pada aliran sungai dalam gua untuk meratapi nasibnya yang telah diperdayakan oleh keenam kakaknya, Si Bungsu hanya dapat menangis siang dan malam sebab tidak ada satupun makhluk yang dapat menolong dalam gua itu kecuali keadaan yang gelap gulita serta ikan yang berenang kesana kemari.
Bagaimana nasib Si Bungsu? tanpa terasa Si Bungsu berada dalam gua itu sudah tujuh hari tujuh malam lamanya, namun ia masih belum bisa untuk pulang, tepatnya pada hari ketujuh Si Bungsu berada di dalam gua itu, tanpa disangka-sangka terjadilah peristiwa yang sangat menakutkan di dalam gua batu itu, suara gemuruh menggelegar-gelegar sepertinya ingin merobohkan gua batu tersebut, Si Bungsu pun hanya bisa menangis dan menjerit-jerit untuk menahan rasa ketakutannya, maka pada saat itu dengan disertai bunyi yang menggelegar muncullah seorang kakek tua renta yang sakti dan berada tepat di hadapan Si Bungsu, lalu Si Bungsu pun terkejut melihatnya, tak lama kemudian kakek itu berkata,” Sedang apa kamu disini cucuku?”, lalu Si Bungsu pun menjawab,” Hamba ditinggalkan oleh kakak-kakak hamba, kek!”, maka Si Bungsu pun menangis ketakutan sehingga air matanya tidak berhenti keluar, tanpa diduga-duga pada saat itu dengan kesaktian kakek tersebut titik-titik air mata Si Bungsu secara perlahan-lahan berubah menjadi telur-telur putih yang besar dan banyak jumlahnya, kemudian Si Bungsu pun telah diubah bentuknya oleh si kakek sakti menjadi seekor burung yang indah bulu-bulunya. Si Bungsu masih bisa berbicara seperti manusia pada saat itu, lalu kakek itu berkata lagi, “Cucuku aku akan menolong kamu dari kesengsaraan yang menimpa hidupmu tapi dengan cara engkau telah kuubah bentukmu menjadi seekor burung dan kamu akan aku beri nama Burung Ruai, apabila aku telah hilang dari pandanganmu maka eramlah telur-telur itu supaya jadi burung-burung sebagai temanmu!”. Kemudian secara spontanitas Si Bungsu telah berubah menjadi seekor burung dengan menjawab pembicaraan kakek sakti itu dengan jawaban kwek … kwek … kwek … kwek …. kwek, Bersamaan dengan itu kakek sakti itu menghilang bersama asap dan burung ruai yang sangat banyak jumlahnya dan pada saat itu pula burung-burung itu pergi meninggalkan gua dan hidup di pohon depan tempat tinggal Si Bungsu dahulu, dengan bersuara kwek … kwek …. kwek … kwek …. kwek, Mereka menyaksikan kakak-kakak Si Bungsu yang dihukum oleh ayahnya karena telah membunuh Si Bungsu.
Sumber: sambas.go.id
Minggu, 28 Juni 2009
batu belah batu betangkup
Kononnya, pada waktu dahulu ada sebuah gua ajaib di daerah sambas. Gua ini digelar batu belah batu bertangkup dan amat ditakuti oleh ramai penduduk kampung. Pintu gua ini boleh terbuka dan tertutup bila diseru dan sesiapa yang termasuk ke dalam gua itu tidak dapat keluar lagi.
Suatu masa dahulu di sebuah kampung yang bernama pemangkat yang berdekatan dengan gua ajaib ini, tinggal Mak Tanjung bersama dua orang anaknya, Melur dan Pekan. Mak Tanjung asyik bersedih kerana baru kehilangan suami dan terpaksa menjaga kedua-dua anaknya dalam keadaan yang miskin dan daif.
Pada suatu hari, Mak Tanjung teringin makan telur ikan tembakul. Dia pun pergi ke sungai untuk menangkapnya. Bukan main suka hatinya apabila dapat seekor ikan tembakul.
"Wah, besarnya ikan yang mak dapat !" teriak Pekan kegembiraan.
" Ya, ini ikan tembakul namanya. Mak rasa ikan ini ada telurnya. Sudah lama mak teringin untuk memakan telur ikan tembakul ini," kata Mak Tanjung.
Mak Tanjung terus menyiang ikan tembakul itu. Dia pun memberikan kepada Melur untuk dimasak gulai.
" Masaklah gulai ikan dan goreng telur ikan tembakul ini. Mak hendak ke hutan mencari kayu. Jika mak lambat pulang, Melur makanlah dahulu bersama Pekan. Tapi, jangan lupa untuk tinggalkan telur ikan tembakul untuk mak," pesan Mak Tanjung kepada Melur.
Setelah selesai memasak gulai ikan tembakul, Melur menggoreng telur ikan tembakul pula. Dia terus menyimpan sedikit telur ikan itu di dalam bakul untuk ibunya. Melur dan Pekan tunggu hingga tengah hari tetapi ibu mereka tidak pulang juga. Pekan mula menangis kerana lapar. Melur terus menyajikan nasi, telur ikan dan gulai ikan tembakul untuk dimakan bersama Pekan.
" Hmmm..sedap betul telur ikan ini," kata Pekan sambil menikmati telur ikan goreng.
" Eh Pekan, janganlah asyik makan telur ikan sahaja. Makanlah nasi dan gulai juga," pesan Melur kepada Pekan.
" Kakak, telur ikan sudah habis. Berilah Pekan lagi. Belum puas rasanya makan telur ikan tembakul ini ," minta Pekan.
" Eh, telur ikan ini memang tidak banyak. Nah, ambil bahagian kakak ini," jawab Melur.
Pekan terus memakan telur ikan kepunyaan kakaknya itu tanpa berfikir lagi. Enak betul rasa telur ikan tembakul itu! Setelah habis telur ikan dimakannya, Pekan meminta lagi.
" Kak, Pekan hendak lagi telur ikan," minta Pekan kepada Melur.
" Eh , mana ada lagi ! Pekan makan sahaja nasi dan gulai ikan. Lagipun, telur ikan yang tinggal itu untuk mak. Mak sudah pesan dengan kakak supaya menyimpankan sedikit telur ikan untuknya ," kata Melur.
Namun, Pekan tetap mendesak dan terus menangis. Puas Melur memujuknya tetapi Pekan tetap berdegil. Tiba-tiba, Pekan berlari dan mencapai telur ikan yang disimpan oleh Melur untuk ibunya.
" Hah, rupa-rupanya ada lagi telur ikan! " teriak Pekan dengan gembiranya.
" Pekan! Jangan makan telur itu! Kakak simpankan untuk mak," teriak Melur.
Malangnya, Pekan tidak mempedulikan teriakan kakaknya, Melur dan terus memakan telur ikan itu sehingga habis. Tidak lama kemudian, Mak Tanjung pun pulang. Melur terus menyajikan makanan untuk ibunya.
" Mana telur ikan tembakul, Melur? " tanya Mak Tanjung.
" Err... Melur ada simpankan untuk mak, tetapi Pekan telah menghabiskannya. Melur cuba melarangnya tetapi...."
" Jadi, tiada sedikit pun lagi untuk mak? " tanya Mak Tanjung.
Melur tidak menjawab kerana berasa serba salah. Dia sedih melihat ibunya yang begitu hampa kerana tidak dapat makan telur ikan tembakul.
" Mak sebenarnya tersangat ingin memakan telur ikan tembakul itu. Tetapi...." sebak rasanya hati Mak Tanjung kerana terlau sedih dengan perbuatan anaknya, Pekan itu.
Mak Tanjung memandang Melur dan Pekan dengan penuh kesedihan lalu berjalan menuju ke hutan. Hatinya bertambah pilu apabila mengenangkan arwah suaminya dan merasakan dirinya tidak dikasihi lagi. Mak Tanjung pasti anak-anaknya tidak menyanyanginya lagi kerana sanggup melukakan hatinya sebegitu rupa.
Melur dan Pekan terus mengejar ibu mereka dari belakang. Mereka berteriak sambil menangis memujuk ibu mereka supaya pulang.
" Mak, jangan tinggalkkan Pekan! Pekan minta maaf ! Mak...." jerit Pekan sekuat hatinya.
Melur turut menangis dan berteriak, " Mak, Kasihanilah kami! Mak!"
Melur dan Pekan bimbang kalau-kalau ibu mereka merajuk dan akan pergi ke gua batu belah batu bertangkup. Mereka terus berlari untuk mendapatkan Mak Tanjung.
Malangnya, Melur dan Pekan sudah terlambat. Mak Tanjung tidak mempedulikan rayuan Melur dan Pekan lalu terus menyeru gua batu belah batu bertangkup agar membuka pintu. Sebaik sahaja Mak Tanjung melangkah masuk, pintu gua ajaib itu pun tertutup.
Melur dan Pekan menangis sekuat hati mereka di hadapan gua batu belah batu bertangkup. Namun ibu mereka tidak kelihatan juga.
Dan sampai sekarang tempat itu disebut tanjung batu yang terletak di Kecamatan Pemangkat.
Suatu masa dahulu di sebuah kampung yang bernama pemangkat yang berdekatan dengan gua ajaib ini, tinggal Mak Tanjung bersama dua orang anaknya, Melur dan Pekan. Mak Tanjung asyik bersedih kerana baru kehilangan suami dan terpaksa menjaga kedua-dua anaknya dalam keadaan yang miskin dan daif.
Pada suatu hari, Mak Tanjung teringin makan telur ikan tembakul. Dia pun pergi ke sungai untuk menangkapnya. Bukan main suka hatinya apabila dapat seekor ikan tembakul.
"Wah, besarnya ikan yang mak dapat !" teriak Pekan kegembiraan.
" Ya, ini ikan tembakul namanya. Mak rasa ikan ini ada telurnya. Sudah lama mak teringin untuk memakan telur ikan tembakul ini," kata Mak Tanjung.
Mak Tanjung terus menyiang ikan tembakul itu. Dia pun memberikan kepada Melur untuk dimasak gulai.
" Masaklah gulai ikan dan goreng telur ikan tembakul ini. Mak hendak ke hutan mencari kayu. Jika mak lambat pulang, Melur makanlah dahulu bersama Pekan. Tapi, jangan lupa untuk tinggalkan telur ikan tembakul untuk mak," pesan Mak Tanjung kepada Melur.
Setelah selesai memasak gulai ikan tembakul, Melur menggoreng telur ikan tembakul pula. Dia terus menyimpan sedikit telur ikan itu di dalam bakul untuk ibunya. Melur dan Pekan tunggu hingga tengah hari tetapi ibu mereka tidak pulang juga. Pekan mula menangis kerana lapar. Melur terus menyajikan nasi, telur ikan dan gulai ikan tembakul untuk dimakan bersama Pekan.
" Hmmm..sedap betul telur ikan ini," kata Pekan sambil menikmati telur ikan goreng.
" Eh Pekan, janganlah asyik makan telur ikan sahaja. Makanlah nasi dan gulai juga," pesan Melur kepada Pekan.
" Kakak, telur ikan sudah habis. Berilah Pekan lagi. Belum puas rasanya makan telur ikan tembakul ini ," minta Pekan.
" Eh, telur ikan ini memang tidak banyak. Nah, ambil bahagian kakak ini," jawab Melur.
Pekan terus memakan telur ikan kepunyaan kakaknya itu tanpa berfikir lagi. Enak betul rasa telur ikan tembakul itu! Setelah habis telur ikan dimakannya, Pekan meminta lagi.
" Kak, Pekan hendak lagi telur ikan," minta Pekan kepada Melur.
" Eh , mana ada lagi ! Pekan makan sahaja nasi dan gulai ikan. Lagipun, telur ikan yang tinggal itu untuk mak. Mak sudah pesan dengan kakak supaya menyimpankan sedikit telur ikan untuknya ," kata Melur.
Namun, Pekan tetap mendesak dan terus menangis. Puas Melur memujuknya tetapi Pekan tetap berdegil. Tiba-tiba, Pekan berlari dan mencapai telur ikan yang disimpan oleh Melur untuk ibunya.
" Hah, rupa-rupanya ada lagi telur ikan! " teriak Pekan dengan gembiranya.
" Pekan! Jangan makan telur itu! Kakak simpankan untuk mak," teriak Melur.
Malangnya, Pekan tidak mempedulikan teriakan kakaknya, Melur dan terus memakan telur ikan itu sehingga habis. Tidak lama kemudian, Mak Tanjung pun pulang. Melur terus menyajikan makanan untuk ibunya.
" Mana telur ikan tembakul, Melur? " tanya Mak Tanjung.
" Err... Melur ada simpankan untuk mak, tetapi Pekan telah menghabiskannya. Melur cuba melarangnya tetapi...."
" Jadi, tiada sedikit pun lagi untuk mak? " tanya Mak Tanjung.
Melur tidak menjawab kerana berasa serba salah. Dia sedih melihat ibunya yang begitu hampa kerana tidak dapat makan telur ikan tembakul.
" Mak sebenarnya tersangat ingin memakan telur ikan tembakul itu. Tetapi...." sebak rasanya hati Mak Tanjung kerana terlau sedih dengan perbuatan anaknya, Pekan itu.
Mak Tanjung memandang Melur dan Pekan dengan penuh kesedihan lalu berjalan menuju ke hutan. Hatinya bertambah pilu apabila mengenangkan arwah suaminya dan merasakan dirinya tidak dikasihi lagi. Mak Tanjung pasti anak-anaknya tidak menyanyanginya lagi kerana sanggup melukakan hatinya sebegitu rupa.
Melur dan Pekan terus mengejar ibu mereka dari belakang. Mereka berteriak sambil menangis memujuk ibu mereka supaya pulang.
" Mak, jangan tinggalkkan Pekan! Pekan minta maaf ! Mak...." jerit Pekan sekuat hatinya.
Melur turut menangis dan berteriak, " Mak, Kasihanilah kami! Mak!"
Melur dan Pekan bimbang kalau-kalau ibu mereka merajuk dan akan pergi ke gua batu belah batu bertangkup. Mereka terus berlari untuk mendapatkan Mak Tanjung.
Malangnya, Melur dan Pekan sudah terlambat. Mak Tanjung tidak mempedulikan rayuan Melur dan Pekan lalu terus menyeru gua batu belah batu bertangkup agar membuka pintu. Sebaik sahaja Mak Tanjung melangkah masuk, pintu gua ajaib itu pun tertutup.
Melur dan Pekan menangis sekuat hati mereka di hadapan gua batu belah batu bertangkup. Namun ibu mereka tidak kelihatan juga.
Dan sampai sekarang tempat itu disebut tanjung batu yang terletak di Kecamatan Pemangkat.
SEMANGKA EMAS
P ada zaman dahulu kala, di Sambas hiduplah seorang saudagar yang kaya raya. Saudagar tersebut mempunyai dua orang anak laki-laki. Anaknya yang sulung bernama Muzakir, dan yang bungsu bernama Dermawan. Muzakir sangat loba dan kikir. Setiap hari kerjanya hanya mengumpulkan uang saja. Ia tidak perduli kepada orang-orang miskin. Sebaliknya Dermawan sangat berbeda tingkah lakunya. Ia tidak rakus dengan uang dan selalu bersedekah kepada fakir miskin.
Sebelum meninggal, saudagar tersebut membagi hartanya sama rata kepada kedua anaknya. Maksudnya agar anak-anaknya tidak berbantah dan saling iri, terutama bila ia telah meninggal kelak.
Muzakir langsung membeli peti besi. Uang bagiannya dimasukkan ke dalam peti tersebut, lalu dikuncinya. Bila ada orang miskin datang, bukannnya ia memberi sedekah, melainkan ia tertawa terbahak-bahak melihat orang miskin yang pincang, buta dan lumpuh itu. Bila orang miskin itu tidak mau pergi dari rumahnya, Muzakir memanggil orang gajiannya untuk mengusirnya. Orang-orang miskin kemudian berduyun-duyun datang ke rumah Dermawan.
Dermawan selalu menyambut orang-orang miskin dengan senang hati. Mereka dijamunya makan dan diberi uang karena ia merasa iba melihat orang miskin dan melarat. Lama kelamaan uang Dermawan habis dan ia tidak sanggup lagi membiayai rumahnya yang besar. Ia pun pindah ke rumah yang lebih kecil dan harus bekerja. Gajinya tidak seberapa, sekedar cukup makan saja. Tetapi ia sudah merasa senang dengan hidupnya yang demikian. Muzakir tertawa terbahak-bahak mendengar berita Dermawan yang dianggapnya bodoh itu. Muzakir telah membeli rumah yang lebih bagus dan kebun kelapa yang luas. Tetapi Dermawan tidak menghiraukan tingkah laku abangnya.
Suatu hari Dermawan duduk-duduk melepaskan lelah di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba jatuhlah seekor burung pipit di hadapannya. Burung itu mencicit-cicit kesakitan "Kasihan," kata Dermawan. "Sayapmu patah, ya?" lanjut Dermawan seolah-olah ia berbicara dengan burung pipit itu. Ditangkapnya burung tersebut, lalau diperiksanya sayapnya. Benar saja, sayap burung itu patah. "Biar kucoba mengobatimu," katanya. Setelah diobatinya lalu sayap burung itu dibalutnya perlahan-lahan. Kemudian diambilnya beras. Burung pipit itu diberinya makan.
Burung itu menjadi jinak dan tidak takut kepadanya. Beberapa hari kemudian, burung itu telah dapat mengibas-ngibaskan sayapnya, dan sesaat kemudian ia pun terbang. Keesokan harinya ia kembali mengunjungi Dermawan. Di paruhnya ada sebutir biji, dan biji itu diletakkannya di depan Dermawan. Dermawan tertawa melihatnya. Biji itu biji biasa saja. Meskipun demikian, senang juga hatinya menerima pemberian burung itu. Biji itu ditanam di belakang rumahnya.
Tiga hari kemudian tumbuhlah biji itu. Yang tumbuh adalah pohon semangka. Tumbuhan itu dipeliharanya baik-baik sehingga tumbuh dengan subur. Pada mulanya Dermawan menyangka akan banyak buahnya. Tentulah ia akan kenyang makan buah semangka dan selebihnya akan ia sedekahkan. Tetapi aneh, meskipun bunganya banyak, yang menjadi buah hanya satu. Ukuran semangka ini luar biasa besarnya, jauh lebih dari semangka umumnya. Sedap kelihatannya dan harum pula baunya. Setelah masak, Dermawan memetik buah semangka itu. Amboi, bukan main beratnya. Ia terengah-engah mengangkatnya dengan kedua belah tangannya. Setelah diletakkannya di atas meja, lalu diambilnya pisau. Ia membelah semangka itu. Setelah semangka terbelah, betapa kagetnya Dermawan. Isi semangka itu berupa pasir kuning yang bertumpuk di atas meja. Ketika diperhatikannya sungguh-sungguh, nyatalah bahwa pasir itu adalah emas urai murni. Dermawan pun menari-nari karena girangnya. Ia mendengar burung mencicit di luar, terlihat burung pipit yang pernah ditolongnya hinggap di sebuah tonggak. "Terima kasih! Terima kasih!" seru Dermawan. Burung itu pun kemudian terbang tanpa kembali lagi.
Keesokan harinya Dermawan memberli rumah yang bagus dengan pekarangan yang luas sekali. Semua orang miskin yang datang ke rumahnya diberinya makan. Tetapi Dermawan tidak akan jatuh miskin seperti dahulu, karena uangnya amat banyak dan hasil kebunnya melimpah ruah. Rupanya hal ini membuat Muzakir iri hati. Muzakir yang ingin mengetahui rahasia adiknya lalu pergi ke rumah Dermawan. Di sana Dermawan menceritakan secara jujur kepadanya tentang kisahnya.
Mengetahui hal tersebut, MUzakir langsung memerintahkan orang-orang gajiannya mencari burung yang patah kaki atau patah sayapnya di mana-mana. Namun sampai satu minggu lamanya, seekor burung yang demikian pun tak ditemukan. MUzakir sungguh marah dan tidak dapat tidur. Keesokan paginya, Muzakir mendapat akal. Diperintahkannya seorang gajiannya untuk menangkap burung dengan apitan. Tentu saja sayap burung itu menjadi patah. Muzakir kemudian berpura-pura kasihan melihatnya dan membalut luka pada sayap burung. Setelah beberapa hari, burung itu pun sembuh dan dilepaskan terbang. Burung itu pun kembali kepada Muzakir untuk memberikan sebutir biji. Muzakir sungguh gembira.
Biji pemberian burung ditanam Muzakir di tempat yang terbaik di kebunnya. Tumbuh pula pohon semangka yang subur dan berdaun rimbun. Buahnya pun hanya satu, ukurannya lebih besar dari semangka Dermawan. Ketika dipanen, dua orang gajian Muzakir dengan susah payah membawanya ke dalam rumah karena beratnya. Muzakir mengambil parang. Ia sendiri yang akan membelah semangka itu. Baru saja semangka itu terpotong, menyemburlah dari dalam buah itu lumpur hitam bercampur kotoran ke muka Muzakir. Baunya busuk seperti bangkai. Pakaian Muzakir serta permadani di ruangan itu tidak luput dari siraman lumpur dan kotoran yang seperti bubur itu. Muzakir berlari ke jalan raya sambil menjerit-jerit. Orang yang melihatnya dan mencium bau yang busuk itu tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan dengan riuhnya.
(diolah dari Cerita Rakyat dari Kalimantan Barat 2, Syahzaman, PT.Grasindo, 1995)
Sebelum meninggal, saudagar tersebut membagi hartanya sama rata kepada kedua anaknya. Maksudnya agar anak-anaknya tidak berbantah dan saling iri, terutama bila ia telah meninggal kelak.
Muzakir langsung membeli peti besi. Uang bagiannya dimasukkan ke dalam peti tersebut, lalu dikuncinya. Bila ada orang miskin datang, bukannnya ia memberi sedekah, melainkan ia tertawa terbahak-bahak melihat orang miskin yang pincang, buta dan lumpuh itu. Bila orang miskin itu tidak mau pergi dari rumahnya, Muzakir memanggil orang gajiannya untuk mengusirnya. Orang-orang miskin kemudian berduyun-duyun datang ke rumah Dermawan.
Dermawan selalu menyambut orang-orang miskin dengan senang hati. Mereka dijamunya makan dan diberi uang karena ia merasa iba melihat orang miskin dan melarat. Lama kelamaan uang Dermawan habis dan ia tidak sanggup lagi membiayai rumahnya yang besar. Ia pun pindah ke rumah yang lebih kecil dan harus bekerja. Gajinya tidak seberapa, sekedar cukup makan saja. Tetapi ia sudah merasa senang dengan hidupnya yang demikian. Muzakir tertawa terbahak-bahak mendengar berita Dermawan yang dianggapnya bodoh itu. Muzakir telah membeli rumah yang lebih bagus dan kebun kelapa yang luas. Tetapi Dermawan tidak menghiraukan tingkah laku abangnya.
Suatu hari Dermawan duduk-duduk melepaskan lelah di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba jatuhlah seekor burung pipit di hadapannya. Burung itu mencicit-cicit kesakitan "Kasihan," kata Dermawan. "Sayapmu patah, ya?" lanjut Dermawan seolah-olah ia berbicara dengan burung pipit itu. Ditangkapnya burung tersebut, lalau diperiksanya sayapnya. Benar saja, sayap burung itu patah. "Biar kucoba mengobatimu," katanya. Setelah diobatinya lalu sayap burung itu dibalutnya perlahan-lahan. Kemudian diambilnya beras. Burung pipit itu diberinya makan.
Burung itu menjadi jinak dan tidak takut kepadanya. Beberapa hari kemudian, burung itu telah dapat mengibas-ngibaskan sayapnya, dan sesaat kemudian ia pun terbang. Keesokan harinya ia kembali mengunjungi Dermawan. Di paruhnya ada sebutir biji, dan biji itu diletakkannya di depan Dermawan. Dermawan tertawa melihatnya. Biji itu biji biasa saja. Meskipun demikian, senang juga hatinya menerima pemberian burung itu. Biji itu ditanam di belakang rumahnya.
Tiga hari kemudian tumbuhlah biji itu. Yang tumbuh adalah pohon semangka. Tumbuhan itu dipeliharanya baik-baik sehingga tumbuh dengan subur. Pada mulanya Dermawan menyangka akan banyak buahnya. Tentulah ia akan kenyang makan buah semangka dan selebihnya akan ia sedekahkan. Tetapi aneh, meskipun bunganya banyak, yang menjadi buah hanya satu. Ukuran semangka ini luar biasa besarnya, jauh lebih dari semangka umumnya. Sedap kelihatannya dan harum pula baunya. Setelah masak, Dermawan memetik buah semangka itu. Amboi, bukan main beratnya. Ia terengah-engah mengangkatnya dengan kedua belah tangannya. Setelah diletakkannya di atas meja, lalu diambilnya pisau. Ia membelah semangka itu. Setelah semangka terbelah, betapa kagetnya Dermawan. Isi semangka itu berupa pasir kuning yang bertumpuk di atas meja. Ketika diperhatikannya sungguh-sungguh, nyatalah bahwa pasir itu adalah emas urai murni. Dermawan pun menari-nari karena girangnya. Ia mendengar burung mencicit di luar, terlihat burung pipit yang pernah ditolongnya hinggap di sebuah tonggak. "Terima kasih! Terima kasih!" seru Dermawan. Burung itu pun kemudian terbang tanpa kembali lagi.
Keesokan harinya Dermawan memberli rumah yang bagus dengan pekarangan yang luas sekali. Semua orang miskin yang datang ke rumahnya diberinya makan. Tetapi Dermawan tidak akan jatuh miskin seperti dahulu, karena uangnya amat banyak dan hasil kebunnya melimpah ruah. Rupanya hal ini membuat Muzakir iri hati. Muzakir yang ingin mengetahui rahasia adiknya lalu pergi ke rumah Dermawan. Di sana Dermawan menceritakan secara jujur kepadanya tentang kisahnya.
Mengetahui hal tersebut, MUzakir langsung memerintahkan orang-orang gajiannya mencari burung yang patah kaki atau patah sayapnya di mana-mana. Namun sampai satu minggu lamanya, seekor burung yang demikian pun tak ditemukan. MUzakir sungguh marah dan tidak dapat tidur. Keesokan paginya, Muzakir mendapat akal. Diperintahkannya seorang gajiannya untuk menangkap burung dengan apitan. Tentu saja sayap burung itu menjadi patah. Muzakir kemudian berpura-pura kasihan melihatnya dan membalut luka pada sayap burung. Setelah beberapa hari, burung itu pun sembuh dan dilepaskan terbang. Burung itu pun kembali kepada Muzakir untuk memberikan sebutir biji. Muzakir sungguh gembira.
Biji pemberian burung ditanam Muzakir di tempat yang terbaik di kebunnya. Tumbuh pula pohon semangka yang subur dan berdaun rimbun. Buahnya pun hanya satu, ukurannya lebih besar dari semangka Dermawan. Ketika dipanen, dua orang gajian Muzakir dengan susah payah membawanya ke dalam rumah karena beratnya. Muzakir mengambil parang. Ia sendiri yang akan membelah semangka itu. Baru saja semangka itu terpotong, menyemburlah dari dalam buah itu lumpur hitam bercampur kotoran ke muka Muzakir. Baunya busuk seperti bangkai. Pakaian Muzakir serta permadani di ruangan itu tidak luput dari siraman lumpur dan kotoran yang seperti bubur itu. Muzakir berlari ke jalan raya sambil menjerit-jerit. Orang yang melihatnya dan mencium bau yang busuk itu tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan dengan riuhnya.
(diolah dari Cerita Rakyat dari Kalimantan Barat 2, Syahzaman, PT.Grasindo, 1995)
Langgan: Entri (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
Mengenai Saya
Langganan:
Postingan (Atom)
0 comments:
Poskan Komentar